Friday, March 23, 2007

Mimpi Kolektif

Oleh Patuh Ikranegara, S Ked

Al-Bara bin Azib meriwayatkan, “Menjelang perang Khandaq, kami menggali parit dan menemukan beberapa batu besar yang tak dapat kami pecahkan dengan kampak. Lalu kami melaporkan itu kepada Rasulullah saw. Beliau lantas mengambil kampak dan mendekati batu besar itu, kemudian menyebut nama Allah lalu memukul dan memecahkannya.


Oleh Patuh Ikranegara, S Ked

Al-Bara bin Azib meriwayatkan, “Menjelang perang Khandaq, kami menggali parit dan menemukan beberapa batu besar yang tak dapat kami pecahkan dengan kampak. Lalu kami melaporkan itu kepada Rasulullah saw. Beliau lantas mengambil kampak dan mendekati batu besar itu, kemudian menyebut nama Allah lalu memukul dan memecahkannya.

Setelah itu beliau mengatakan, ’Allah Mahabesar, sungguh aku telah diberikan kunci-kunci gerbang negeri Syam. Demi Allah, aku melihat istana merahnya sekarang. ’kemudian beliau memukul dan memecahkan batu besar lagi untuk kedua kalinya, dan berkata ‘Allah Mahabesar, sungguh aku telah diberikan Parsi. Demi Allah, sungguh aku melihat istana putih Al-Madain sekarang. ’ Kemudian beliau menyebut nama Allah lalu memecahkan batu besar lainnya, dan berkata, Allah Mahabesar, sungguh aku telah diberikan kunci-kunci Yaman. Demi Allah, sungguh aku melihat gerbang Shan’a dari tempatku ini.

Sebuah kisah yang begitu fenomenal, dikala genderang perang terhebat umat muslim madinah saat itu akan bertabuh, dikala umat muslim hanya berkekuatan 3000 orang dan kaum musyrikin berkekuatan 10, 000 orang ternyata Rasulullah secara mengejutkan memberikan sebuah motivasi dan membagikan mimpi (visi) nya kepada kaum Muslimin saat itu. Hasilnya? Tidak perlu diragukan lagi, umat muslim tampil bak singa kelaparan dan keluar sebagai pemenang perang khandaq.

Subhanallah, Rasulullah memang manusia yang sangat cerdas, dikala kaum muslimin sedang dalam keadaan panik disaat paling menentukan dari perjuangan menegakkan Islam saat itu, Rasulullah membagikan mimpinya kepada setiap muslim saat itu. Dan yang luar biasa, ternyata mimpi itu tidak hanya menjadi milik pribadi Rasul, tetapi mimpi itu menjadi sebuah mimpi kolektif, di mana setiap diri muslim saat itu begitu memaknai mimpi tersebut dan yang luar biasa lagi, mereka tidak hanya sekedar memaknai, lebih jauh lagi mereka mencoba merealisasikan mimpi tersebut.

Mimpi, sebuah kata yang benar-benar sederhana, tapi dalam penjabarannya mimpi itu dapat menjadi sebuah motor penggerak yang sangat luar biasa. Mengapa? Karena dalam pergerakannya manusia membutuhkan motivasi. Manusia yang bergerak tanpa motivasi layaknya seperti robot yang melaksanakan sesuatu tanpa nilai. Dan motivasi sangat mungkin datang dari sebuah mimpi.

Masalahnya adalah apakah mimpi itu cukup apabila hanya dimiliki oleh seorang pemimpin? Tidak, mimpi itu ternyata harus berhasil diterjemahkan menjadi sebuah mimpi yang kolektif. Karena ternyata apabila kita menilik kembali pada konsep kepemimpinan visioner, keberhasilan ternyata bukan terletak pada kepemimpinan seseorang, melainkan pada kolektivitas mimpi kelompok.

Dalam hal ini, maka sebuah konsep leadership dan followership yang baik dari sebuah tim akan diuji. Apakah seorang pemimpin mampu menerjemahkan mimpi menjadi sebuah mimpi yang kolektif, dan apakah setiap anggotanya berada pada sebuah frekuensi yang sama dengan pemimpin mereka untuk akhirnya dapat mencerna, memodulasi, dan mengimplementasikan mimpi tersebut sebagai sumber produktivitas. Sebuah tim akan benar-benar diuji di sini, dan “ruh” yang akan menyertai kinerja sebuah tim akan benar-benar ditentukan pada langkah ini.

Pertanyaannya adalah bagaimana dapat membangun mimpi kolektif ini. Membiasakan diri dalam berbagi adalah sebuah langkah yang dapat dicoba. Konsep berbagi, walaupun terkesan sederhana, ternyata memiliki kekuatan yang dahsyat untuk menciptakan hubungan interpersonal yang baik, dan melalui adanya hubungan interpersonal yang baik akan terbina sebuah ikatan batiniyah yang luar biasa.

Ketika setiap orang dalam sebuah tim sudah merasakan perasaan yang senasib sepenanggungan. Ketika satu sama lain merasa sedih ketika yang lain mendapatkan musibah dan merasa senang ketika yang lain mendapatkan kebahagiaan, membuat sebuah mimpi kolektif adalah merupakan sebuah hal yang tak sulit.

Ternyata memang, kinerja sebuah tim tidak ditentukan oleh keberhasilan seorang pemimpin dalam memanage, bukan juga ditentukan oleh kreativitas individu yang luar biasa. Tapi ditentukan oleh amal kolektif yang didasari oleh sebuah kolektivitas mimpi. Life is to dream and dream is to life.

www.eramuslim.com


0 comments: