Tuesday, April 24, 2007

Belajar Merubah Diri (baca : Akhlak)

Assalamu'alaikum

Kawan-kawan semua, kl kita lihat dari judulnye aje mungkin sebagian dari kita penah mencoba atau bahkan sering mengulangi kata-kata tersebut dan berniat ingin berubah.

Kawan-kawan semua, kl kita lihat dari judulnye aje mungkin sebagian dari kita penah mencoba atau bahkan sering mengulangi kata-kata tersebut dan berniat ingin berubah.

Emang sih berucap atau berjanji sesuatu di mulut itu memang mudah sekali bahkan tidak jarang kita mungkin tiap hari berniat/berjanji dalam diri kita sendiri, terutama dalam hal ingin merubah diri kita sendiri yang mungkin kita menyadari bahwa kita ingin merubah sifat/akhlak kita ke arah yang lebih baik.

Setiap kali kita berniat n berjanji ingin merubah sifat kita, namun pada kenyataannya hal tersebut sangatlah sulit sekali untuk direalisasikan dalam kehidupan nyata ini. Perlahan tapi pasti kita terus dan teruus berusaha di samping do'a yang kita panjatkan kepada sang maha merubah segalanya Allah Subhana wa Ta'ala.

Terkadang kita sangat pandai dalam menasihati orang lain terutama kawan-kawan terdekat kita untuk selalu meningkatkan kualitas akhlak kita di mata Allah dan manusia, namun pada kenyataannya diri kita jugalah yang merasakan betapa sulitnya merubah sesuatu ke arah yang lebih baik.

Saya pribadi mengajak kawan-kawanku dan juga diri saya pribadi, marilah kita berusaha terus menerus untuk selalu berubah ke arah yang lebih baik terutama akhlak kita, karena saat ini kaau kita perhatikan dalam kehidupan kita sehari-hari terutama lingkungan kita sendiri, kita mungkin menyaksikan penurunan kualitas aklhak masyarakat kita.

Insya Allah kalo kita konsisten dengan niat dan janji kita dalam merubah akhlak kita, maka Allah akan mengabulkan janji kita itu Amiiin.

Wassalam

Ikhwan Supriyana


Baca Selengkapnya ......

Wednesday, April 18, 2007

Salam Berbuah Cinta

Oleh Bayu Gawtama

Diro, sebut saja begitu nama lelaki bujangan asli Jawa ini. Diro dikenal sebagai lelaki yang sopan, hanif, dan punya ciri khas, yakni senang mengucapkan salam "Assalaamu'alaikum" kepada siapa pun -muslim- yang dijumpainya di manapun.

Oleh Bayu Gawtama

Diro, sebut saja begitu nama lelaki bujangan asli Jawa ini. Diro dikenal sebagai lelaki yang sopan, hanif, dan punya ciri khas, yakni senang mengucapkan salam "Assalaamu'alaikum" kepada siapa pun -muslim- yang dijumpainya di manapun.

Suatu ketika, Diro ditugaspindahkan ke kota X, untuk jangka waktu dua tahun. Setibanya di kota X itu, lelaki bujangan ini langsung mencari tempat kos/kontrakan yang tidak jauh dari tempatnya bekerja. Setelah tiga hari di kota tersebut, Diro baru menyadari bahwa ada gadis cantik dan shalihah yang tinggal hanya beberapa meter dari kos-nya. Seperti biasa, tanpa maksud buruk, tanpa niat menggoda, Diro pun mengucapkan salam kepada gadis itu, saat keduanya bersama-sama menunggu bis di tepi jalan.

Sekali lagi, Diro tidak punya niat apapun ketika mengucapkan salam. "Dia berjilbab, jadi sudah pasti muslim, maka saya ucapkan salam kepadanya. Lagi pula gadis itu tetangga saya, kan wajar sama tetangga saling menyapa, " alasannya.

Ucapan salam Diro dibalas delikkan mata tidak suka dari gadis tetangganya itu. Namun Diro tidak peduli, karena niatnya sangat tulus. Begitu pun sore harinya, ketika berpapasan di jalan, Diro kembali mengucapkan, "Assalaamu'alaikum Dik... " Jawabannya tidak berbeda dengan pagi hari, wajah tidak suka.

Mungkin pikir si gadis itu, Diro tidak ubahnya lelaki iseng yang senang menggoda. Sudah lazim diketahui, lelaki-lelaki iseng dan kurang kerjaan senang menggoda wanita. Dan bila yang digoda adalah wanita berjilbab, ucapan "Assalaamu'alaikum" biasa dijadikan andalan mulut-mulut lelaki ini.

Berbeda dengan Diro. Dia tidak sakit hati ketika salamnya tidak dibalas, atau bahkan dibalas dengan tatap mata sinis. Setiap hari, setiap kali bertemu dengan gadis itu tetap mengucapkan salam. Diro tidak bosan meski salamnya selalu mendapat jawaban yang serupa, dan sesekali makian, "maunya apa sih?"

Diro hanya membalasnya dengan senyum seraya menjelaskan, "maaf, salam itu hanya doa untuk adik." Belakangan, Diro mengetahui bahwa nama gadis itu, Dian, sebut saja demikian.

Dua bulan bertugas di kota itu, Diro mendapat panggilan dari kantor pusat untuk memberikan laporan tugasnya. Diro pun kembali ke Jakarta untuk waktu dua pekan.

Sementara di kota X, pagi harinya. Dian belum merasakan apa pun. Namun keesokan harinya, gadis itu baru menyadari ada yang ganjil dengan hari-harinya, baik pagi maupun sore. Ya, Dian merasa ada yang hilang. Setelah berpikir sejenak, barulah ia sadar, tidak ada lagi lelaki yang selama ini mengucapkan "Assalaamu'alaikum" kepadanya. Bahkan keesokan harinya, Dian mulai celingak-celinguk mencari lelaki pengucap salam itu. Satu-dua bis yang biasa ditumpanginya sengaja dibiarkan berlalu, "mungkin dia terlambat" pikirnya. Namun hingga hampir satu jam, yang dinanti tak kunjung tiba.

Sepekan sudah Dian tak melihat lelaki pengucap salam. Sepekan pula telinganya tak mendengar suara khas lelaki itu berucap, "Assalaamu'alaikum Dik... " Rupanya Dian mulai kangen dengan ucapan salam itu. Jika mulanya ia merasa ucapan salam Diro itu sebagai godaan lelaki iseng, ternyata kini ia merindukan ucapan salam itu.

Dian hampir putus asa, hingga satu pekan berikutnya tak kunjung terdengar ucapan salam khas nan lembut itu. Sampai di satu pagi, dari arah belakang terdengar suara khas itu lagi, "Assalaamu'alaikum Dik... " Kali ini giliran Diro yang terheran-heran, karena jawaban lembut dari wajah manis yang diterimanya, "Wa'alaikum salam kak... Apa kabar? Ke mana saja? Lama tidak berjumpa......... "

Sejak hari itu, keduanya menjadi akrab. Hari-hari setelah itu, diisi dengan keriangan keduanya dalam setiap perjumpaannya. Sebuah bukti nyata, bahwa ucapan salam jika diberikan secara ikhlas kepada siapa pun, akan membawa kedamaian bagi yang menerimanya. Hanya beberapa bulan setelah itu, belum satu tahun Diro tinggal di kota X itu, Diro dan Dian sepakat untuk menyatukan hati dalam bingkai rumah tangga.


Baca Selengkapnya ......

Monday, April 2, 2007

Duta Islam

Oleh Hafizah Nur

Belum lama ini seorang sahabat bercerita tentang anaknya yang duduk di kelas 4 SD Jepang. Anaknya, sebut saja Raihana chan selalu memakai jilbab mungilnya ke sekolah, meskipun di dalam kelas jilbab itu dibukanya.


Oleh Hafizah Nur

Belum lama ini seorang sahabat bercerita tentang anaknya yang duduk di kelas 4 SD Jepang. Anaknya, sebut saja Raihana chan selalu memakai jilbab mungilnya ke sekolah, meskipun di dalam kelas jilbab itu dibukanya.

Suatu hari teman akrabnya di sekolah, Aiko chan, mencoba memakai jilbab mungil milik Raihana chan. Sambil sedikit becanda, dia menanyakan pendapat teman-temannya bila ia memakai Jilbab. Lalu dijawab “hen da yo..” kamu aneh, begitu pendapat teman-temannya.

Lain waktu, Aiko chan berkata kepada Raihana chan, “Saya ingin menjadi orang Islam, tapi saya bukan orang Indonesia seperti kamu, ” Raihana chan menatapnya, “Kamu bisa tetap menjadi orang Islam meskipun kamu bukan orang Indonesia, kamu juga tidak perlu bisa bahasa Indonesia untuk menjadi orang Islam, kamu cuma perlu belajar Qur’an”. Jawab Raihana Chan memberi penjelasan. Raihana chan tanpa sadar menjadi dai cilik yang memperkenalkan Islam kepada teman-teman nihonjin-nya.

Beberapa waktu lalu, ketika saya sedang mengantarkan anak saya ke jidoukan untuk mengikuti kegiatan rutinnya, seorang teman nihonjin menyodorkan sesuatu kepada saya. “ini daftar makanan yang boleh dan tidak boleh dimakan oleh orang Islam. Saya dapat ini dari internet” ujarnya, “moushi yokattara, tsukatte kudasai” tambahnya lagi.

Saya terkejut dengan perhatiannya. Selama ini memang saya selalu menolak secara halus bila teman-teman nihonjin menawarkan makanan yang saya ragukan kehalalannya. Saya juga menjelaskan alasan penolakan saya, yaitu karena agama. Meskipun awalnya kecewa dan sedikit tersinggung, tetapi lambat laun mereka menghargai pendirian saya. Karena di lain waktu, ketika saya yakin makanan yang diberikan itu halal, tanpa ragu saya akan memakannya bersama mereka.

Tidak jarang saya kerepotan mengecek bahan makanan yang terdaftar dalam suatu kemasan, apakah ada unsur yang haram atau tidak. Ternyata teman saya yang satu ini menaruh perhatian khusus tentang kebiasaan saya ini, sehingga waza-waza menawarkan solusi untuk meringankan kesulitan saya, memberikan daftar makanan yang bisa dimakan di Jepang ini.

Hidup dalam lingkungan yang jauh berbeda memang tidak mudah. Awalnya tidak jarang ada orang-orang yang menolak keberadaan saya, atau teman-teman muslim lainnya. Terutama karena citra Islam sangat buruk di mata negara-negara yang berkiblat ke Barat. Tetapi itulah tantangan untuk setiap muslim, untuk membuktikan bahwa pandangan yang dihembuskan media selama ini adalah salah. Berusaha menampilkan diri sebagai duta Islam dengan segala keindahan yang terkandung di dalam agama ini. Tentu saja ini bukan pekerjaan ringan.

Teringat suatu kisah di zaman Rosulullah, ketika salah seorang sahabat diminta untuk menjadi duta Islam untuk membuka kota Madinah, Mushab bin Umair ra. Sahabat Rosulullah ini, dengan pembawaannya yang tenang, dan tutur katanya yang lembut berhasil menghantarkan penduduk kota madinah ke dalam pangkuan Islam. Meskipun sebelumnya sempat menerima ancaman pengusiran sampai pembunuhan dari pembesar kota Madinah. Tetapi langkahnya tidak surut, bahkan Mushab ra berhasil mengIslamkan mereka. Dan inilah yang menjadi kunci pembuka kota madinah saat itu.

Negeri Jepang adalah negeri yang penduduknya bertuhankan kerja. Sebagian besar dari mereka tidak peduli dengan agama apa pun. Banyak dari mereka yang mengaku Budha atau Shinto, tetapi tidak pernah ke kuil. Natal dan perayaan hari besar lainnya pun dilakukan bukan karena berlandaskan agama, tetapi lebih kepada budaya, kebiasaan yang turun temurun atau karena adanya pengaruh budaya Barat sebagai kiblat mereka. Bukan hal mudah memperkenalkan Islam yang hanif ini kepada mereka.

Mungkin saja Allah memang mentakdirkan saya dan teman-teman yang lain datang ke Jepang ini untuk menjadi duta Islam. Memperkenalkan sedikit demi sedikit Islam yang hanif ini sehingga mengurangi keterasingan mereka terhadap Islam.

Mungkin saat ini mereka hanya mengenal jilbab sebagai pakaian orang Islam. Mereka hanya tahu ada konsep halal haram dalam Islam. Tetapi mudah-mudahan dengan interaksi yang terus menerus dengan orang Islam menimbulkan rasa ingin tahu yang lebih dalam lagi tentang Islam. Kemudian bisa menerima Islam. Sampai suatu saat dengan suka rela menjadi pemeluknya. Semoga.

Awal April 2007

Http://hifizahn. Multiply. Com

Terjemahan:

nihonjin: orang jepang jidoukan: gedung tempat kegiatan anak-anak, biasanya untuk bermain anak.
Moushi yokatta tsukatte kudasai: kalau berkenan silahkan digunakan Waza-waza: secara khusus hanif: lurus

Baca Selengkapnya ......