Thursday, November 1, 2007

Aliran sesat ....

Assalamu'alaikum

Aliran Sesat dan Lemahnya para da'i


Musibah demi musibah terus mendera bangsa Indonesia, dari bencana alam yang menimbulkan bencana kemanusiaan bahkan kini muncul bencana dalam Agama Islam nauzubillah.


Assalamu'alaikum

Aliran Sesat dan Lemahnya para da'i


Musibah demi musibah terus mendera bangsa Indonesia, dari bencana alam yang menimbulkan bencana kemanusiaan bahkan kini muncul bencana dalam Agama Islam nauzubillah. Fenomena bermunculannya aliran-aliran sesat sempalan kini sedang gencar-gencarnya mengeluarkan propaganda sesat dan menyesatkan umat Islam terutama dalam hal ini adalah masalah TAUHID.

Kita lihat bagaimana dengan mudahnya seorang Lia 'Edan' mengaku menerima wahyu dari Malaikat Jibril Alaihissalam. Padahal seperti yang sudah kita ketahui bahwa Rasulullah Shalallahu Alaihi wasallam saja ketika menerima wahtu sangatlah berat, beratnya wahyu itu di hinggakan apabila Nabi duduk di atas unta, maka terduduklah unta tersebut. Manakala Zaid bin Thabit pula mengatakan bahawa semacam hendak patah pahanya sewaktu Nabi menerima wahyu dan berpegang kepada pahanya itu.

Begitu pula aliran Al Qiyadah Al Islamiyah serta aliran-aliran sesat yang lainnya yang sangat merusak syari'at Islam yang telah sempurna ini terutama sangat merusak TAUHID umat Islam. mungkin masih banyak lagi aliran sesat yang lainnya yang kita tidak mengetahuinya dan memang mereka mungkin melakukannnya secara sembunyi-sembunyi.

Di sinilah peran para ustadz dan ustadzah untuk membimbing umat agar lebih menguatkan iman TAUHID hanya kepada Allah Subhanahuwata'ala semata karena itulah tujuan dakwah para Nabi dan Rasul.

Wallahua'lam

Wassalamu'alaikum

By: Ikhwan S

Baca Selengkapnya ......

Thursday, October 4, 2007

Teman Makan Teman, Pesawat Israel Serang Kapal Milik AS

Surat kabar yang terbit di AS Chicago Tribune mengungkap rahasia yang selama bertahun-tahun disimpan pemerintah AS. Rahasia itu adalah, peristiwa serangan pesawat-pesawat tempur Israel ke kapal induk milik AS USS Liberty.

Surat kabar yang terbit di AS Chicago Tribune mengungkap rahasia yang selama bertahun-tahun disimpan pemerintah AS. Rahasia itu adalah, peristiwa serangan pesawat-pesawat tempur Israel ke kapal induk milik AS USS Liberty.

Laporan Chicago Tribune menyebutkan, pesawat-pesawat tempur Israel melakukan serangan itu dengan sengaja, yang menyebabkan 34 kru USS Liberty tewas dan 171 prajurit AS yang ada di kapal itu tewas.

Empat pilot pesawat tempur Israel mengaku tidak sengaja melakukan serangan ke kapal induk AS yang pada saat itu tidak dalam posisi siap menghadapi serangan. Peristiwa ini terjadi pada 8 Juni 1967, pada hari keempat Perang Enam Hari yang juga dikenal sebagai Perang Arab-Israel.

Menurut pengakuan keempat pilot tersebut, mereka bingung dan tidak bisa membedakan antara kapal milik angkatan laut AS itu dengan kapal pengangkut pasukan kavaleri milik Mesir. Padahal, kapal pengangkut pasukan kavaleri milik Mesir, besarnya setengah dari USS Liberty dan bentuknya sama sekali berbeda.

Pemerintah AS sengaja menyimpan rapat-rapat peristiwa memalukan itu untuk melindungi Israel dari kecaman. Namun banyak pejabat AS yang meyakini bahwa serangan itu sengaja dilakukan oleh Israel.

Mantan Deputi Direktur National Security Agency (NSA) AS Benson Buffham memperkuat keyakinan itu. "Saya pikir, Anda tidak akan banyak menemukan orang-orang di NSA yang percaya bahwa peristiwa itu terjadi karena ketidaksengajaan, " ujar Buffham pada Chicago Tribune.

Sementara itu, Deputi Direktur NSA Louis Tordella dalam sebuah memonya yang tersebar ke publik belum lama ini mengatakan, dirinya menduga bahwa serangan itu diperintahkan oleh sejumlah komandan senior di Semenanjung Peninsula yang mencurigai bahwa USS Liberty sedang memata-matai aktivitas Israel.

Banyak dari mereka yang percaya bahwa serangan itu disengaja, menduga bahwa Israel pada saat itu merasa khawatir USS Liberty sedang menyadap komunikasi yang akan mengungkap rencana Israel memperluas perang, di mana AS menentangnya. (ln/presstv)

www.eramuslim.com


Baca Selengkapnya ......

Thursday, September 13, 2007

Puasa Masih Ada Sisa Makanan di Mulut, Batalkah?

Assalamualaikum

Pak ustadz yang dirahmati Allah SWT

Saya ingin menanyakan perihal puasa. Kita sudah sikat gigi sebelum adzan subuh, kemudian pada pagi hari atau siang hari ternyata masih ada sisa makanan di mulut atau di sela-sela gigi. Ini bagaimana Pak Ustadz? Batalkah puasa saya, padahal saya sudah yakin mulut/gigi saya sudah bersih dengan sikat gigi sebelum subuh tadi.

Mohon jawabannya Pak Ustadz. Sebelumnya terimakasih

Wassalammualaikum Warahmatullohi Wabarokatuh

PS

Assalamualaikum

Pak ustadz yang dirahmati Allah SWT

Saya ingin menanyakan perihal puasa. Kita sudah sikat gigi sebelum adzan subuh, kemudian pada pagi hari atau siang hari ternyata masih ada sisa makanan di mulut atau di sela-sela gigi. Ini bagaimana Pak Ustadz? Batalkah puasa saya, padahal saya sudah yakin mulut/gigi saya sudah bersih dengan sikat gigi sebelum subuh tadi.

Mohon jawabannya Pak Ustadz. Sebelumnya terimakasih

Wassalammualaikum Warahmatullohi Wabarokatuh

PS
Jawaban

Assalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,

Seandainya makanan itu tidak ditelan, maka pada dasarnya tidak termasuk kategori makan. Sebab batasan 'makan' adalah tenggorokan, bukan mulut.

Buktinya, kalau seseorang berkumur dengan air untuk berwudhu', selama air tidak tertelan, maka puasanya tidak batal. Begitu juga dengan kasus menyikat gigi, tidak membatalkan gigi.

Maka bila masih ada sisa makanan yang menempel di sela-sela gigi di siang hari bulan Ramadhan, tidak membatalkan puasa. Selama -tentunya- tidak ditelan.

Termasuk ke dalam kategori yang tidak membatalkan puasa adalah mencicipi makanan. Indra pengecap kita yaitu lidah bisa berfungsi dengan baik untuk merasakan suatu masakan, tanpa harus menelan makanan itu.

Hal ini tentu menguntungkan para ibu yang memasak untuk berbuka puasa. Mereka boleh mencicipi rasa makanan itu, tanpa harus batal puasanya. Tentu saja syaratnya adalah makanan itujangan ditelan. Kalau ditelan, tentu batal puasanya.

Kesimpulannya, yang disebut dengan memakan adalah adalah menelan, bukan memasukkan makanan ke dalam mulut.

Menelan Makanan Karena Lupa

Kasus anda itu bisa berkembang bila anda lupa sedang berpuasa, lalu menelan makanan itu. Bagaimana hukumnya?

Sebenarnya, selama seseorang yang karena lupa lalu makan dan minum pada saat puasa, maka hal itu tidak membatalkan puasanya. Dalilnya adalah apa yang disabdakan oleh Rasulullah SAW:

“Telah diangkat pena dari umat atas apa yang mereka lupa, anak anak dan orang yang dipaksa.”

Pada kali yang lain, Rasulullah SAW juga bersabda:

Dari Abi Hurairah bahwa Rasulullah SAW bersabda, ”Siapa yang berpuasa lalu makan dan minum karena lupa, maka teruskan puasanya. Sesungguhnya Allah telah memberinya makan dan minum.” (HR Bukhari: 1923 dan Muslim: 1155).

Wallahu a'lam bishshawab, wassalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,

Ahmad Sarwat, Lc

dari www.eramuslim.com


Baca Selengkapnya ......

HARAP DAN TAKUT BUAH KEIKHLASAN

Oleh
Al-Ustadz Fariq Bin Gasim Anuz

Seorang mu'min haruslah berharap dan cemas atas setiap amal baik yang ia kerjakan, ia berharap mendapatkan rahmat Allah dan cemas kalau-kalau amal baik yang ia kerjakan tidak diterima oleh Allah Subhana waTa'ala.

Oleh
Al-Ustadz Fariq Bin Gasim Anuz





Seorang mu'min haruslah berharap dan cemas atas setiap amal baik yang ia kerjakan, ia berharap mendapatkan rahmat Allah dan cemas kalau-kalau amal baik yang ia kerjakan tidak diterima oleh Allah Subhana waTa'ala.

Imam Bukhari rahimahullah menamakan sebuah bab dalam kitab Al-Iman dengan Bab khaufil mu'min min an yahbatha a'maluhu wa huwa la yasy'ur, artinya "Bab takutnya seorang mu'min kalau-kalau amalannya terhapus sedang dia tidak menyadarinya". Kemudian beliau membawakan ucapan Ibrahim At-Taimi rahimahullah secara mu'allaq. [Dan dalam kitab Tarikhnya beliau meriwayatkannya secara maushul sebagaimana dijelaskan oleh Al-Hafizh Ibnu Hajar rahimahullah dalam Fathul Bari juz 1 hal.136] :

Dan Ibrahim At-Taimi berkata. "Apabila saya mempertimbangkan antara ucapanku dan amalanku saya takut kalau-kalau saya termasuk seorang pendusta."

Al Hafizh Ibnu Hajar Al-Asqalani berkata. "Ucapan beliau (Imam Bukhari, pent) : "Dan Ibrahim At-Taimi berkata," dia adalah termasuk ahli fiqh Tabi'in dan ahli ibadah di kalangan mereka, dan ucapannya (ãßÐÈÇ) diriwayatkan dzalnya berfathah, yaitu: Saya takut orang yang melihat amalku bertentangan dengan ucapanku akan mendustakanku, (maksudnya) ia berkata: Jika engkau benar tentu perbuatanmu tidak bertentangan dengan ucapanmu, ia mengucapkan demikian ketika ia sedang memberi nasehat kepada manusia. Dan diriwayatkan pula huruf dzalnya berkasrah, dan yang ini paling banyak riwayatnya, adapun maknanya, meskipun ia seorang pemberi nasehat kepada manusia, ia merasa bahwa amalannya belum mencapai target yang semestinya. Dan Allah mencela orang yang ber-amar ma'ruf nahi munkar, sedang dia lalai dalam segi amal, sebagaimana dalam firmanNya.

"Amat besar kebencian di sisi Allah, kalian mengatakan apa-apa yang tidak kalian kerjakan."[As-Shaff :3]

Maka dia takut seperti para pendusta.[1]

Selanjutnya Imam Bukhari rahimahullah menyebutkan ucapan Ibnu Abi Mulaikah secara mu'alaq juga. [2]

"Dan Ibnu Abi Mulaikah berkata, "Saya mendapatkan tiga puluh orang dari para shahabat Nabi shalallahu 'alaihi wasallam, mereka semuanya takut kalau dirinya terjangkit penyakit nifak, tidak ada seorangpun di antara mereka yang mengatakan bahwa dirinya seperti imannya Jibril dan Mikail".[3]

Al Hafizh Ibnu Hajar Al-Asqalani rahimahullah berkata. "Yang demikian dikarenakan seorang mu'min mungkin sekali datang kepadanya sesuatu yang menodai amalnya sehingga berubah niatnya menjadi tidak ikhlas. Tidak berarti mereka terjerumus kepada kemunafikan, dikarenakan ketakutan mereka tersebut, tetapi ini menunjukkan keutamaan mereka dalam hal wara' dan taqwa, semoga Allah meridhai mereka semuanya."

Dari 'Aisyah radhiyallahu 'anha, istri Nabi shalallahu 'alaihi wasallam, ia berkata : Saya bertanya kepada Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam tentang ayat ini "Dan orang-orang yang memberikan apa yang telah mereka berikan, dengan hati yang takut." [Al-Mu'minun 60]. Apakah mereka itu orang-orang yang meminum minuman keras dan mencuri?

Beliau menjawab, "Bukan! Wahai putri Ash-Shidiq! Akan tetapi mereka itu adalah orang-orang yang berpuasa, menjalankan shalat, bershadaqah dan mereka takut kalau-kalau amal baik mereka itu tidak diterima, mereka itulah orang-orang yang bersegera untuk mendapatkan kebaikan-kebaikan.[4]

Saudara-saudaraku sekalian, pada kesempatan ini saya nukilkan tulisan Imam Adz Dzahabi rahimahullah dalam bukunya SiyarA'laami An-Nubalaa ketika beliau menulis biografi Al-Allamah, Al Hafizh Abu Muhammad Abdurrahman Ibnu Abi Hatim Ar Razi rahimahullah (327H), Imam AdzDzahabi rahimahullah berkata.

"Dan Abu Ar Rabi' Muhammad bin Al Fadhl Al Balkhi berkata, "Saya mendengar dari Abu Bakr Muhammad bin Mahrawaih Ar Razi, saya mendengar dari Ali bin Al-Husein bin Al Junaid, saya mendengar dari Yahya bin Ma'in bahwasanya ia berkata, "Sesungguhnya kami mencela manusia, padahal mungkin mereka yang dicela tersebut telah disediakan tempat mereka di Surga sejak dua ratus tahun yang lalu (sejak wafatnya, pent)"." Saya berkata (yaitu Imam Adz-Dzahabi, pent), "Barangkali yang benar sejak seratus tahun yang lalu, karena sesungguhnya di zaman Yahya belum sampai ke angka tersebut."

Ibnu Mahrawaih berkata, "Maka saya masuk menemui Abdurrahman bin Abi Hatim dan dia sedang membacakan buku Al-Jarhu wat Ta'dil kepada manusia, lalu saya sampaikan perkataan Yahya bin Ma'in, maka beliau menangis, dan kedua tangannya gemetar sampai mengakibatkan bukunya terjatuh, dan terus menangis sambil meminta kepadaku untuk mengulangi hikayat tersebut.

Saya berkata (Yaitu Imam Adz-Dzahabi,pent), "Dia menempuh jalan gentar dan takut akan akibat yang buruk, padahal ucapan pengkritik yang wara' mengenai orang-orang dhu'afa, termasuk nasehat bagi dien Allah dan dalam rangka membela As Sunnah.[5]

Semoga kisah di atas menjadi pelajaran yang berharga bagi kita semua. Wahai Allah yang membolak-balikkan hati, teguhkanlah hati-hati kami agar selalu dalam keadaan istiqamah di atas dien Mu yang lurus, dan kami memohon kepadaMu untuk mengakhiri kehidupan di dunia ini dengan kesudahan yang baik.


[Disalin dari buku Fikih Nasehat, Penyusun Fariq Bin Gasim Anuz, Cetakan Pertama, Sya'ban 1420H/November 1999. Penerbit Pustaka Azzam Jakarta. PO BOX 7819 CC JKTM]
__________
Foote Note
[1]. Fathul Bari, juz 1 hal.136
[2]. Dimaushulkan oleh Abu Zur'ah Ad-Dimasyqi dalam Tarikh-nya dan oleh Ibnu Abi Khaitsamah dalam Tarikh-nya dan Muhammad Ibnu Nashr Al-Marwazi dalam kitabnya Al-Iman, meskipun keduanya tidak menyebutkan jumlah shahabat, begitulah seperti yang dijelaskan oleh Ibnu Hajardalam Fathul Bari, Juz 1hal. 136
[3]. Shahih Al Bukhari, hal 14
[4]. H.R. Tirmidzi (2/201), Ibnu Jarir (10/26), Al-Hakim (2/393-394) dan Al-Baghawi dalam tafsirnya (6/25)dan Ahmad (6/159 dan 205).Dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani dalam Silsilah Ahadits Shahihah No.162)
[5]. Siyar A'lami An-Nubala', juz 13 hal.268

dari www.almanhaj.or.id

Baca Selengkapnya ......

Salah Paham dan Jawabannya

Salah Paham dan Jawabannya

Oleh
Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani



Sepuluh tahun setelah saya menulis pendahuluan edisi pertama (buku Sifat Shalat Nabi,-peny), saya melihat adanya dampak yang baik pada kalangan pemuda pemuda beriman karena mereka mendapatkan petunjuk tentang kewajiban kembali kepada sumber-sumber Islam yang murni dalam urusan agama dan ibadah mereka.

Oleh
Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani



Sepuluh tahun setelah saya menulis pendahuluan edisi pertama (buku Sifat Shalat Nabi,-peny), saya melihat adanya dampak yang baik pada kalangan pemuda pemuda beriman karena mereka mendapatkan petunjuk tentang kewajiban kembali kepada sumber-sumber Islam yang murni dalam urusan agama dan ibadah mereka. Sumber-sumber itu ialah Al-Qur’an dan Sunnah Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Kami bersyukur kepada Allah bahwa para pemuda yang mempraktekkan Sunnah Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan beribadah berdasarkan sumber ini semakin bertambah sehingga mereka mengenal dengan baik agamanya. Akan tetapi, saya merasakan adanya sebagian dari mereka yang bersikap ragu-ragu untuk mengamalkan Sunnah Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam , padahal tidak diragukan lagi adanya kewajiban semacam itu, apalagi setelah kami mengemukakan ayat ayat dan riwayat-riwayat dan enam madzhab yang memerintahkan kembali kepada Sunnah Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Hal itu disebabkan adanya isu-isu negatif yang dihembuskan oleh para ulama yang bertaqlid kepada madzhab sehingga mereka menjadi salah paham (terhadap kewajiban kembali kepada Sunnah). Oleh karena itu, di sini saya memandang perlu mengajukan isu-isu tersebut disertai sanggahannya agar sebagian pemuda yang ragu-ragu mengamalkan Sunnah terdorong untuk melaksanakannya, sehingga mereka dapat masuk ke dalam golongan yang selamat dengan idzin Allah.

PERBEDAAN PENDAPAT PADA UMATKU ADALAH RAHMAT?
Pertama : Sebagian orang berkata, memang tidak diragukan adanya keharusan untuk kembali kepada petunjuk Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam urusan agama kita, terutama sekali berkaitan dengan ibadah-ibadah murni yang tidak menjadi bidang garap akal dan ijtihad, sebab bidang tersebut merupakan hal yang tauqifi (diterima apa adanya), seperti shalat. Akan tetapi, kita nyaris tidak pernah mendengar seorang pun ulama yang bertaqlid memerintahkan untuk melakukan hal tersebutut, bahkan kami lihat mereka selalu menyetujui adanya berbagai perselisihan dan menganggap hal semacam itu sebagai kebebasan umat. Alasan mereka didasarkan pada sebuah Hadits yang selalu mereka ulang dalam setiap kesempatan, yaitu Hadits: “Perbedaan pendapat pada umatku adalah rahmat'. Untuk membantah pendapat pendukung Sunnah Nabi, padahal Hadits tersebut bertentangan dengan jalan yang Anda (Al-Albani) tempuh dalam buku sifat shalat yang Anda susun dan buku-buku lainnya. Oleh karena itu, bagaimana pendapat Anda terhadap Hadits tersebut?

Jawab:
[1]. Hadits tersebut tidak sah, bahkan batil dan tidak ada sumbernya.

Imam Subki berkata:
“Saya tidak melihat Hadits tersebut mempunyai sanad yang sah, atau dha’if, atau palsu.”

Aku (Al-Albani) menyatakan:
“Hadits yang ada lafadznya adalah: “Perbedaan pendapat di kalangan sahabatku (Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam) adalah rahmat bagi kamu sekalian”.

Hadits lain berbunyi : “Para sahabatku laksana bintang di langit. Siapa pun di antara mereka yang kamu ikuti, niscaya kamu mendapatkan petunjuk”.

Kedua Hadits ini tidak sah. Hadits pertama sangat lemah dan Hadits kedua palsu. Saya telah menjelaskan analisa terhadap Hadits ini dalam Kitab Adh-Dha’ifah Hadits no. 58, 59 dan 61.”

[2]. Hadits palsu tersebut di atas bertentangan dengan Al-Qur’an karena ayat-ayat Al-Qur’an melarang berselisih pendapat dalam urusan agama dan menyuruh bersatu. Ayat-ayat tentang hal tersebut sudah sangat populer. Akan tetapi, tidaklah mengapa di sini saya paparkan sebagian sebagai contoh, yaitu firman Allah dalam Qs. Al-Anfal (8) ayat 46:

“Janganlah kamu berselisih, karena kamu akan menjadi lemah dan hilang kewibawaan kamu.”

Allah juga berfirman dalam Qs. Rum (30) yat 31-32:

“Janganlah kamu menjadi seperti orang-orang musyrik, yaitu mereka mencerai-beraikan agamanya dan bergolongan-golongan. Setiap golongan membanggakan apa yang ada pada mereka.”

Allah berfirman dalam Qs. Hud (11) ayat 118-119:

"Mereka terus-menerus berselisih kecuali orang yang mendapatkan rahmat dari Tuhanmu"

Jadi, hanya orang-orang yang mendapat rahmat dari Tuhanlah yang tidak berselisih. Oleh karena itu, mereka yang berselisih adalah golongan yang bathil. Bagaimana akal bisa menenima bahwa perselisihan dan perbedaan merupakan suatu rahmat, (padahal Allah melarang perbuatan semacam itu)?

Sudahlah jelas bahwa Hadits tersebut tidak sah, baik sanad maupun matannya. Oleh karena itu, sudahlah jelas bahwa kita tidak boleh bersikap ragu-ragu dan bimbang, sehingga tidak mengamalkan Al-Qur’an dan Sunnah sebagaimana yang diperintahkan oleh para imam madzhab.

[Disalin dari kitab Shifatu Shalaati An-Nabiyyi Shallallahu “alaihi wa Sallama Min At-Takbiiri Ilaa At-Tasliimi Ka-Annaka Taraahaa, Edisi Indonesia Sifat Shalat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, Penerjemah Muhammad Thalib, Penerbit Media Hidayah, Ket : Tambahan Judul dari admin almanhaj]
_________
Foot Note
[1]. Bacalah Al-Ihkam fi Ushuli Al-Ahkam oleh Ibnu Hazm, Hujjatullahi Al-Balighah oleh Dahlawi atau kitab khusus dia yang membahas masalah ini dengan judul Aqdu Al-Jayyid Fi Ahkami Al-Ijtihad wa At-Taqlid.

di ambil dari www.almanhaj.or.id

Baca Selengkapnya ......

RISALAH SYAHRI RAMADHAN

RISALAH SYAHRI RAMADHAN


Oleh
Kholid bin Abdullah Al-Hamudiy


Saudaraku muslim dan muslimah…
Assalamu alaikum Warahmatullahi Wabarakatuhu

Kami sampaikan risalah ini kepada Anda dengan penuh kerinduan dan penghormatan. Kami sampaikan risalah ini dari lerung hati kami yang paling dalam, disertai luapan cinta kami kepada Anda karena Allah. Kita mohon kepada Allah yang Maha Perkasa agar Dia mempertemukan kami dan Anda kelak di Surga-Nya yang penuh dengan kenikmatan dan rahmat.

RISALAH SYAHRI RAMADHAN


Oleh
Kholid bin Abdullah Al-Hamudiy


Saudaraku muslim dan muslimah…
Assalamu alaikum Warahmatullahi Wabarakatuhu

Kami sampaikan risalah ini kepada Anda dengan penuh kerinduan dan penghormatan. Kami sampaikan risalah ini dari lerung hati kami yang paling dalam, disertai luapan cinta kami kepada Anda karena Allah. Kita mohon kepada Allah yang Maha Perkasa agar Dia mempertemukan kami dan Anda kelak di Surga-Nya yang penuh dengan kenikmatan dan rahmat.

Saudaraku muslim dan muslimah…
Sehubungan dengan akan datangnya bulan Ramadhan, kami sampaikan sebuah nasihat sebagai sebuah hadiah yang berharga. Kami tidaklah membuat sesuatu yang baru dalam nasihat ini, melainkan sebagai suatu pengingatan yang insya Allah akan bermanfaat untuk orang-orang yang beriman. Kami harap, semoga Anda berkenan menerimanya dengan lapang dada dan mendoakan kita semua agar senantiasa dijaga, dibimbing oleh Allah Yang Maha Kuasa di jalan yang diridhoi-Nya.

Sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta’ala mengkhususkan bulan Ramadhan dari bulan-bulan yang lainnya. Diantara kekhususan dan keutamaan Ramadhan antara lain:

[1]. Bau mulut orang yang berpuasa, lebih harum di sisi Allah, daripada minyak wangi kesturi.
[2]. Para malaikat senantiasa mendoakan ampunan bagi orang yang berpuasa sampai ia berbuka puasa.
[3]. Dibukanya pintu-pintu surga dan ditutupnya pintu-pintu neraka.
[4]. Terdapat Lailatul Qodar, yaitu suatu malam yang lebih baik dari pada seribu bulan
[5]. Terdapat ampunan bagi orang yang berpuasa
[6]. Diikatnya syaithan

Saudaraku muslim dan muslimah...
Bagaimanakah kita menyambut bulan Ramadhan yang penuh dengan kekhususan dan keutamaan ini? Apakah disambut dengan perbuatan yang sia-sia? Begadang semalaman? Berfoya-foya? Naudzu billahi min dzalika.

Sesungguhnya hamba yang sholih akan menyambut kehadiran bulan Ramadhan ini dengan tobat yang murni kepada Allah, meminta ampunan kepada Allah dan bertekad kuat dan jujur, serta berupaya meningkatkan amal sholih dengan tetap mengharap pertolongan Allah agar Dia memudahkan kita untuk beribadah kepada-Nya.

Saudaraku muslim dan muslimah...
Berikut ini adalah beberapa amal sholih yang wajib dikerjakan atau sangat dianjurkan dilakukan:

[1]. BERPUASA
Dalam sebuah hadits qudsi yang diriwayatkan oleh Imam Bukhori dan Imam Muslim, Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

”Artinya : Setiap amal manusia adalah untuk dirinya, satu perbuatan baik akan dibalas dengan sepuluh kebaikan sampai tujuh ratus kali lipat, kecuali puasa. Sesungguhnya puasa itu untuk Aku dan Aku sendiri yang akan membalasnya. Orang yang berpuasa meninggalkan nafsu syahwatnya, makanannya, minumannya untuk Aku. Orang yang berpuasa memiliki dua kebahagian, yaitu kebahagian saat berbuka puasa dan kebahagiaan saat berjumpa dengan Tuhannya. Sungguh bau mulut orang yang sedang berpuasa itu lebih harum di sisi Allah daripada harumnya minyak wangi kesturi.”

Rasululloh Shalallahu alaihi wa sallam bersabda.

”Artinya : Barang siapa yang berpuasa Ramadhan dengan penuh keimanan dan berharap pahala Allah, maka diampuni dosa-dosanya di masa lalu.” [Hadits Riwayat Imam Bukhori dan Imam Muslim]

Saudaraku muslim dan muslimah...
Tidak diragukan lagi bahwa balasan yang sangat agung tersebut tidaklah diberikan kepada orang yang sekedar meninggalkan makanan atau minuman saja! Akan tetapi hanya sebagaimana sabda Nabi Muhammad Shalallahu alaihi wa sallam :

”Artinya : Barang siapa yang tidak meninggalkan perkataan dusta dan keji serta amal perbuatan keji, maka Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak membutuhkan puasanya yang sekedar meninggalkan makanan dan minuman” [Hadits Riwayat Imam Bukhori]

Rasulullah Shalallahu alaihi wa sallam bersabda.

”Artinya : Puasa itu perisai, maka apabila seseorang berpuasa, hendaklah dia tidak berbuat rofats (perbuatan yang menjurus kepada hubungan seksual), tidak berbuat kefasikan, tidak berbuat suatu kebodohan. Apabila seseorang mencaci makinya, hendaklah dia mengatakan: Saya sedang berpuasa!” [Hadits Riwayat Imam Bukhori dan Imam Muslim]

Saudaraku muslim dan muslimah...
Bila Anda berpuasa, maka hendaknya puasa pula pendengaran, penglihatan dan lisan Anda, serta berpuasalah seluruh anggota tubuh Anda! Janganlah keadaan Anda saat berpuasa sama dengan keadaan Anda ketika tidak berpuasa!

[2]. QIYAMU RAMADHAN YAITU SHALAT TARAWIH
Rasulullah Shalallahu alaihi wa sallam bersabda :

”Artinya : Barang siapa yang mendirikan Qiyamu Ramadhan dengan penuh keimanan dan berharap pahala Allah, maka diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.” [ Hadits Riwayat Imam Bukhori dan Imam Muslim]

Ada sebuah peringatan penting, yaitu hendaknya kita menyempurnakan shalat tarawih berjama’ah di masjid bersama imam shalat, agar kita dicatat sebagai orang-orang yang mendirikan qiyamu Ramadhan, sebagaimana sabda Nabi Muhammad Shalallahu alaihi wa sallam :

”Artinya : Barang siapa yang mendirikan qiyamu Ramadhan bersama Imamnya sampai selesai, maka dicatat baginya pahala Qiyamu Ramadhan semalam penuh’ [ Hadits Riwayat Ahlus Sunan]

[3]. BERSEDEKAH
Rasulullah Shalallahu Alaihi Wasalam adalah orang yang paling dermawan, dan beliau lebih dermawan lagi di bulan Ramadhan. Nabi Muhammad Shalallahu alaihi wa sallam bersabda:

”Artiya : Seutama-utama sedekah adalah sedekah di bulan Ramadhan” [Hadits Riwayat Tirmidzi].

Diantara bentuk-bentuk sedekah di bulan Ramadhan adalah:

[a]. Memberi makanan
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :

”Artinya : Dan mereka memberikan makanan yang disukainya kepada orang miskin, anak yatim dan orang yang ditawan. Sesungguhnya kami memberi makanan kepadamu hanyalah untuk mengharapkan keridhaan Allah, kami tidak menghendaki balasan dari kamu dan tidak pula (ucapan) terima kasih. Sesungguhnya kami takut akan (azab) Tuhan kami pada suatu hari yang (di hari itu) orang-orang bermuka masam penuh kesulitan. Maka Tuhan memelihara mereka dari kesusahan hari itu, dan memberikan kepada mereka kejernihan (wajah) dan kegembiraan hati. Dan dia memberi balasan kepada mereka Karena kesabaran mereka (dengan) surga dan (pakaian) sutera”. [Al-Insan : 8 – 12]

Sesungguhnya salafus shalih (generasi pendahulu umat Islam yang shalih] amat bersemangat untuk memberikan makanan baik kepada yang membutuhkan atau kepada teman yang shalih, melebihi semangat menjalankan amal yang lainnya.

Rasulullah Shalallahu alaihi wa sallam bersabda:

”Artinya : Seorang mukmin yang memberikan mukmin yang lapar maka kelak Allah akan memberi makan kepadanya dari buah-buahan surga, dan barang siapa yang memberi minum seorang mukmin, maka kelak Allah akan memberi air minum dari surga” [Hadit Hasan Riwayat Tirmidzi].

Sebagian salafus shalih ada yang memberikan makanan kepada saudara-saudaranya kaum muslimin, padahal dia sendiri berpuasa, mereka tidak sekedar memberi makanan, tetapi juga turut duduk sambil berkhidmat (melayani) kebutuhan mereka.

[b]. Memberi Makan Orang Berbuka Puasa
Rasulullah Shalallahu Alaihi Wasalam bersabda:

”Artinya : Barang siapa yang memberi makan orang yang berbuka puasa, maka baginya pahala seperti orang yang berpuasa tanpa mengurangi sedikitpun pahala orang berpuasa tadi.” [Hadits Riwayat Imam Ahmad, An Nasa’i dan dishahihkan oleh Syaikh Al Albani rahimahullah]

[4]. BERSUNGGUH-SUNGGUH DALAM MEMBACA AL-QUR’AN AL-KARIM, MEMPELAJARI TAFSIRNYA DAN MEMAHAMINYA
Saudaraku muslim dan muslimah...
Bersungguh-sungguhlah dalam membaca Al Qur’an Al- Karim. Bacalah dengan penuh tadabur dan kekhusyuan. Sesungguhnya salafus sholih, semoga Allah merahmati mereka, benar-benar tersentuh hatinya dan terpengaruh dengan Al Qur’an Al-Karim. Dalam sebuah hadits riwayat Imam Baihaqi dari sahabat Abu Hurairoh, semoga Allah meridloinya, beliau berkata: ”Ketika turun ayat Al Qur’an :

”Maka apakah kamu merasa heran terhadap pemberitaan ini? Dan kamu mentertawakan dan tidak menangis?” [An-Najm : 59-60]

Ahlus Sufah (para shahabat Nabi yang tinggal di Masjid Nabawi) menangis, berlinang air matanya. Ketika Rasulullah Shalallahu alaihi wa sallam mendengarnya, maka beliau pun turut menangis. Kami (para shahabat Nabi) pun menangis karenanya. Rasulullah Shalallahu alaihi wa sallam bersabda: ”Tidak akan disentuh api neraka, orang yang menangis karena takut kepada Allah”.

[5]. TETAP DUDUK DI MASJID SETELAH SHALAT SHUBUH BERJAMA’AH SAMPAI TERBIT MATAHARI
Nabi Muhammad Shalallahu alaihi wa sallam senantiasa duduk di tempatnya setelah shalat shubuh sampai terbit matahari. [Hadits Riwayat Imam Muslim]

Nabi Muhammad Shalallahu alaihi wa sallam bersabda:

”Artinya : Barang siapa yang shalat subuh berjama’ah lalu tetap duduk setelahnya, berdzikir kepada Allah sampai matahari terbit, lalu dia sholat dua raka’at maka dia mendapat pahala seperti pahala haji dan umrah sempurna, sempurna, sempurna” [Hadits Riwayat Tirmidzi, dishahihkan oleh Syaikh Al Albani rahimahullah]

Saudaraku muslim dan muslimah...
Besarnya pahala yang Allah berikan atas amalan tersebut adalah amal yang dilakukan di hari-hari biasa, maka apalagi seandainya amal tersebut dikerjakan di bulan Ramadhan?

Marilah kita shalat shubuh berjama’ah di masjid, lalu setelahnya membaca dzikir atau wirid sesudah shalat, lalu membaca dzikir pagi dan sore yang telah diajarkan oleh Nabi Muhammad Shalallahu alaihi wa sallam, atau membaca Al-Qur’an Al-Karim sampai terbit matahari, lalu setelah terbit matahari, shalat sunat dua raka’at. Sungguh Allah telah menjanjikan pahala yang besar, seperti pahala haji dan umrah!

[6]. I’TIKAF
Nabi Muhammad Shalallahu alaihi wa sallam senantiasa i’tikaf di sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan, dan di tahun terakhir sebelum wafatnya, beliau beri’tikaf selama dua puluh hari terakhir bulan Ramadhan. [Hadits Riwayat Imam Bukhori]

I’tikaf sepuluh hari terakhir di bulan Ramadhan yaitu berdiam diri di masjid, tidak keluar dari masjid sampai malam Iedul Fithri dengan melaksanakan berbagai amal ketaatan kepada Allah seperti shalat wajib berjamaah, shalat sunat, memperbanyak berdoa, berdzikir, beristighfar, bertobat, membaca Al-Qur’an Al-Karim dan amal sholih lainnya.

[7]. UMRAH DI BULAN RAMADHAN
Umrah di bulan Ramadhan memiliki pahala yang amat besar, bahkan sama dengan pahala haji. Nabi Muhammad Shalallahu alaihi wa sallam bersabda:

”Artinya : Umrah di bulan Ramadhan menyamai haji atau haji bersamaku” [Hadits Riwayat Imam Bukhori]

Tetapi wajib diketahui, meskipun umrah di bulan Ramadhan berpahala menyamai haji, tetapi ia tidak bisa menggugurkan kewajiban haji bagi orang wajib melakukannya.

Demikian pula halnya shalat di Masjidil Haram di Mekah dan shalat di Masjid Nabawi di Madinah pahalanya dilipatgandakan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala .

Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala memudahkan kita untuk dapat umrah di bulan Ramadhan, sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.

[8]. MENCARI LAILATUL QADAR
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

”Artinya : Sesungguhnya kami Telah menurunkannya (Al Quran) pada Lailatul Qodar (malam kemuliaan). Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan. Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar” [Al-Qodr: 1-5]

Nabi Muhammad Shalallahu alaihi wa sallam bersabda:

”Artinya : Barang siapa yang mendirikan qiyamu lail pada saat Lailatul Qodar karena iman dan mengaharap pahala Allah, niscaya diampuni dosa-dosanya yang telah lalu. [Hadits Riwayat Imam Bukhori dan Imam Muslim]

Adapun qiyamu lail yang dimaksud adalah menghidupkan malam tersebut dengan shalat tarawih, membaca Al -Qur’an Al-Karim, berdoa, berdzikir, beristighfar dan bertobat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala .

Rasulullah Shalallahu alaihi wa sallam senantiasa berusaha kuat untuk mendapatkan malam lailatul qodar. Beliau memerintahkan para shahabatnya untuk mendapatkan malam lailatul qodar. Beliau pun membangunkan keluarganya pada malam-malam sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan dengan harapan agar mendapatkan malam lailatul qodar. Malam lailatul qodar terjadi pada suatu malam diantara malam-malam ganjil di sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan.

Ummul Mukminin, Aisyah, semoga Allah meridloinya, pernah bertanya kepada Rasulullah Shalallahu alaihi wa sallam : Wahai Rasulullah, bila aku mendapati malam lailatul qodar, doa apakah yang sebaiknya saya baca? Maka Nabi Muhammad Shalallahu alaihi wa sallam bersabda: Bacalah

“Allahumma innaka ‘afuwwun tuhibul al-afwa fa’ fu ‘anniy” :
Ya Allah, sesungguhnya Engkau Maha Pengampun, dan suka untuk memberi ampunan, maka ampunilah aku ” [Hadits Riwayat Imam Ahmad, Tirmidzi dan dishahihkannya]

[9]. MEMEPERBANYAK DZIKIR, DO’A DAN ISTIGHFAR
Saudaraku muslim dan muslimah...
Siang dan malam hari di bulan Ramadhan adalah waktu yang memiliki keutamaan, maka isilah dengan memperbanyak dzikir, doa, istighfar, khususnya di waktu-waktu tertentu dikabulkannya doa, antara lain yaitu:

[a]. Saat berbuka puasa. Bagi orang yang berpuasa ketika berbuka puasa memiliki doa yang tidak akan ditolak oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala
[b]. Sepertiga malam yang terakhir, saat Allah Subhanahu Wa Ta’ala turun ke langit dunia.
[c]. Beristighfar di waktu sahur. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
”Artinya : Dan selalu memohonkan ampunan diwaktu pagi sebelum fajar.” [Adz- Dzariyat: 18]
[d]. Mencari suatu saat dikabulkannya doa di hari Jum’at, yaitu di suatu waktu antara ashar dan maghrib di hari Jum’at.

Saudaraku muslim dan muslimah...

Ada beberapa perbuatan yang harus kita tinggalkan atau jauhi baik di luar Ramadhan, terlebih lagi di bulan Ramadhan, diantaranya:

[1]. Menjadikan malam seperti siang dan menjadikan siang seperti malam. Maksudnya di malam hari dihabiskan untuk bergadang, mengobrol, menonton TV atau perbuatan sia-sia lainnya. Sementara di siang hari dihabiskan untuk tidur.
[2]. Tidur di sebagian waktu shalat wajib.
[3]. Berlebih-lebihan dalam makanan dan minuman
[4]. Terlalu dini makan sahur, lalu tertidur saat waktu shalat shubuh sehingga tidak shalat shubuh berjama’ah di masjid.
[5]. Berbohong dan berbuat perbuatan sia-sia diantaranya bermain petasan atau lainnya.
[6]. Menyia-nyiakan waktu
[7]. Berkumpul bersama teman-teman untuk kegiatan yang sia-sia, menggunjing, gosip dan semisalnya
[8]. Kaum wanita menghabiskan sebagian besar waktunya untuk memasak makanan.

Saudaraku muslim dan muslimah...
Ketahuilah bahwa hal yang tak kalah pentingnya adalah ikhlas! Betapa banyak orang yang berpuasa tidak mendapatkan apa-apa selain lapar dan dahaga! Betapa banyak orang yang mendirikan shalat tarawih tidak mendapatkan apa-apa selain cape dan letih! Kita berlindung kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dari hal demikian. Oleh karena itu Nabi Muhammad Shalallahu alaihi wa sallam menekankan dalam banyak sabdanya : ” Dengan keimanan dan mengharap pahala Allah”. Kita mohon kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala agar menganugerahkan keikhlasan dalam ucapan, amalan kita, baik ketika sendirian maupun bersama orang banyak. Ya Allah, kabulkan permohonan kami ini.

Saudaraku muslim dan muslimah...
Perhatikanlah nikmat usia dan kesehatan yang Allah karuniakan kepada kita! Sungguh umur kita terbatas! Pernakah Anda berfikir, mana orang-orang yang tahun lalu berpuasa Ramadhan bersama kita? Kemanakah orang-orang yang tahun lalu shalat tarawih bersama kita? Sebagan mereka ada yang sudah dijemput oleh malaikat maut! Sebagian lagi terbaring sakit! Sehingga mereka tidak kuat berpuasa dan shalat tarawih. Maka pujilah Allah! Bersyukurlah kepada Allah, wahai Saudaraku!

Berbekalah mulai sekarang juga! Sungguh, sebaik-baik bekal adalah taqwa!

Ya Allah, anugerahkanlah kepada kami kesempatan untuk berpuasa Ramadhan dan mendirikan Qiyamu Ramadhan, dan jadikanlah kami di bulan Ramadhan orang-orang yang diterima amalan-amalannya dan jadikanlah kami di bulan Ramadhan orang-orang yang dibebaskan dari api neraka. Amin.

Semoga shalawat dan salam tercurah kepada Nabi Muhammad, keluarganya dan para shahabatnya. Akhir doa kami adalah Alhamdulillahi rabbil ’alamin.

Wassalamu alaikum Warahmatullahi Wabarakatuhu

[Diterjemahkan (dengan penyesuaian) dari buletin ”Risalah Syahri Ramadhan” karya Kholid bin Abdullah Al Hamudiy oleh Bukit Adhinugraha, Bogor, 16 Sya’ban 1428 Hijriyah ]

di ambil dari www.almanhaj.or.id

Baca Selengkapnya ......

Monday, July 16, 2007

Hati Ibarat Cermin

Oleh Meyla Farid

Bandingkan dua buah cermin. Dibuat pada waktu yang sama, ditempatkan di tempat yang sama, bahkan menerima pencahayaan dan suhu udara yang sama. Yang membedakan hanyalah dua orang manusia yang memilikinya. Yang pertama, malas sekali membersihkannya. Setiap ada setitik debu menempel di cermin, dia biarkan. Bahkan cipratan tinta yang mengenai cermin pun dia enggan membersihkannya


Oleh Meyla Farid

Bandingkan dua buah cermin. Dibuat pada waktu yang sama, ditempatkan di tempat yang sama, bahkan menerima pencahayaan dan suhu udara yang sama. Yang membedakan hanyalah dua orang manusia yang memilikinya. Yang pertama, malas sekali membersihkannya. Setiap ada setitik debu menempel di cermin, dia biarkan. Bahkan cipratan tinta yang mengenai cermin pun dia enggan membersihkannya. Dia sama sekali tidak pernah mau sekedar menghapus, atau menggesek cermin kesayangannya itu dengan lap bersih atau air bersih. Segala noda dia biarkan menempel di cermin. Awalnya cipratan tinta itu mungkin hanya setitik, dua titik, lalu tiga titik, hingga selanjutnya mengendap menjadi gumpalan tinta yang sudah mengering di permukaan cermin. Sampai-sampai, si pemiliknya sendiri tidak bisa bercermin pada cerminnya sendiri. Dia tidak bisa melihat apakah dirinya baik, atau jelek, saat berdiri di depan cermin. Lama-lama, cipratan-cipratan tinta itu pun menjadi karat. Dan cermin sudah tidak berfungsi baik lagi. Bahkan, kadang-kadang, karena telah ternodai oleh gumpakan tinta yang mengarat, cermin memantulkan kebaikan menjadi kejelekan, atau kejelekan menjadi kebaikan. Karena sudah mengarat, cermin pun susah untuk dibersihkan... Yang kedua, merawat cerminnya dengan baik. Setiap ada setitik cipratan tinta, meskipun sedikit, dia langsung membersihkannya. Menggosoknyanya dengan lap dan air yang bersih. Sehingga cermin setiap harinya selalu jernih, mampu memberinya pengetahuan tentang sebaik/seburuk apa dirinya jika berdiri di depan cermin tersebut. Sehingga cermin bisa membuatnya selalu mengoreksi setiap kesalahan dalam penampilannya. Rajin-rajinlah membersihkan hati kita... Karena jika tidak, niscaya dosa-dosa itu semakin lama akan semakin menumpuk dan menutupi cahayanya. Yang lebih menakutkan, noda-noda dosa itu bisa membolak balikkan fakta. Yang benar jadi batil, yang batil jadi benar. Naudzubillah... Setiap hari.. carilah pengampunanNya. Istighfar.bukan hanya di mulut saja. Namun penyesalan terdalam akan semua kehilapan yang kita lakukan. Setiap dosa adalah bahaya. Meski sepatah kata atau sekelebat lirikan mata, itu awal dari noda yang bisa menjadi karat jika tidak cepat-cepat dibersihkan. Ada pepatah, "Menyesali sebelum melakukan, adalah keberuntungan dan menyesal setelah kejadian, adalah ketidak bergunaan" Intropeksi diri.beristighfar setiap waktu adalah lebih baik daripada terlanjur melakukan kekhilafan. Allah memang Maha penerima taubat, tapi urusan kita adalah untuk selalu menjaga diri dari dosa. Wallahu a'lam.

diambil dari :
www.eramuslim.com

Baca Selengkapnya ......

Wednesday, July 11, 2007

Rakyat Irak, Jadi Pengungsi di Negeri Sendiri


Penjajahan negara asing, pertikaian antara Muslim Sunni dan Syiah di Irak, membuat kehidupan rakyat Irak porak poranda. Ancaman keamanan dan kesulitan ekonomi, membayangi mereka setiap hari. Bahkan banyak di antara mereka yang menjadi pengungsi di negerinya sendiri.

Penjajahan negara asing, pertikaian antara Muslim Sunni dan Syiah di Irak, membuat kehidupan rakyat Irak porak poranda. Ancaman keamanan dan kesulitan ekonomi, membayangi mereka setiap hari. Bahkan banyak di antara mereka yang menjadi pengungsi di negerinya sendiri.

Menurut Iraqi Red Crescent Society IRCS)-satu-satunya organisasi bantuan kemanusiaan yang beroperasi di Irak- sejak peristiwa pemboman tempat suci kaum Syiah di Samarra tanggal 22 Februari 2006, sedikitnya ada 142. 260 keluarga atau sekitar 1 juta lebih rakyat Irak yang terpaksa menjadi pengungsi di negerinya sendiri.

Jumlah pengungsi di Irak terus meningkat, setelah terjadi konflik antara kaum Sunni dan Syiah di Negeri 1001 Malam itu.

"Saat ini, jumlah rakyat Irak yang jadi pengungsi meningkat rata-rata 80 ribu sampai 100 ribu per bulannya, " demikian laporan ICRS tertanggal 5 Juli berdasarkan data sejak Februari 2006 sampai 30 Juni 2007.

Laporan ICRC setebal 25 halaman menyebutkan, pada akhir tahun 2007 ada lebih dari satu juta pengungsi di Irak, di mana 37, 5 persennya adalah anak-anak di bawah usia 12 tahun, 32, 8 persen kaum perempuan dan 29, 7 persen kaum lelaki.

Pengungsi paling banyak berasal dari kota Baghdad dengan jumlah 41. 969 keluarga, urutan kedua adalah pengungsi dari Provinsi Mosul sebanyak 15. 063 keluarga dan jumlah pengungsi terbanyak ketiga berasal dari Provinsi Salahuddin sekitar 12. 781 keluarga.

Al-Tamimi seorang warga Irak terpaksa memboyong keluarganya, mengungsi ke rumah kerabatnya yang kecil di kawasan perkampungan Syiah. "Apa salah saya dalam hidup ini, saya kehilangan pekerjaan, rumah dan impian saya untuk membangun keluarga bahagia punah sudah. Siapa yang harus disalahkan atas semua penderitaan kami ini, " kata al-Tamimi memelas.

Ia menyatakan, hidupnya saat ini dililit banyak hutang karena harus membeli obat untuk isterinya yang punya penyakit kelainan jantung dan untuk anak perempuannya yang menderita asma.

"Saya butuh uang sedikitnya 250 ribu dinar (sekitar 200 dollar AS) tiap bulannya, untuk pengobatan. Saya menjadi penjual korek api dan minuman ringan di jalan, " katanya.

Al-Tamimi adalah satu dari ratusan ribu rakyat Irak yang hidup menderita sebagai pengungsi. Mereka bukan hanya terbatas mendapatkan akses ekonomi, tapi juga akses mendapatkan layanan kesehatan dan pendidikan. Belum lagi masalah tekanan psikologis

"Pendidikan adalah sektor yang terpengaruh oleh gelombang pengungsi ini. Di beberapa wilayah sekolah-sekolah memiliki jumlah siswa yang sangat banyak dalam satu kelas. Sementara materi pendidikan dan alat-alat tulis sangat sukar didapat.

Dari sisi kesehatan, yang paling terpengaruh adalah kaum perempuan dan anak-anak. "Perempuan-perempuan hamil, bayi dan anak-anak, tidak mendapat layanan medis yang layak, aborsi ilegal menjadi hal yang biasa, " demikian laporan ICRS.

Selain itu, banyak pengungsi di Irak yang menderita gangguan psikologis dan beberapa di antara mereka ada yang terjerumus menjadi anggota kelompok bersenjata. "Perkosaan, kelompok gang bersenjata, pencurian dan kecanduan obat-obatan terlarang menjadi hal yang biasa terjadi di kalangan pengungsi, " tulis ICRS.

Selain menjadi pengungsi di negerinya sendiri, banyak rakyat Irak yang menjadi pengungsi ke negara lain seperti Suriah, Yordania, Mesir, Libanon dan Iran. Sama seperti nasib pengungsi di Irak sendiri, mereka juga mengalami persoalan finansial, kesehatan dan akomodasi. Sementara hanya sedikit lembaga kemanusiaan yang membantu mereka. (ln/middleeast-ol)
Berita Terkait

* PBB: 4, 2 Juta Jiwa Rakyat Irak Jadi Pengungsi di Berbagai Negara
* Derai Tangis Jutaan Pengungsi Irak di Berbagai Negara, Belum Berhenti
* Irak Alami Tragedi Pengungsian Terbesar Dalam 50 Tahun Terakhir di Dunia Islam
* PM Nuri Maliki Diminta Lindungi Pengungsi Palestina di Irak
* Pemerintah Suriah Keluarkan Aturan Baru Bagi Pengungsi Irak

Terkait lainnya
Berita Sebelumnya

* Datang ke Palestina Sebagai Imigran Yahudi, Sekarang Memeluk Islam
* Israel Bebaskan 250 Tahanan, Lecehkan Rakyat Palestina
* AS Dukung Penyerbuan ke Masjid Merah

Arsip



Baca Selengkapnya ......

Bahasa Cinta

Oleh Setta

Jam dinding menunjukkan pukul 10 pagi lebih beberapa menit saat keponakan saya yang masih duduk di bangku SD kelas dua tiba dari sekolah dengan sepedanya. Masih dari jalan depan rumah, ia sudah berteriak lantang kepada ibunya—Bibi saya, meminta uang dua ribu rupiah. Ya, hanya dua ribu rupiah memang. Tetapi untuk anak kecil seusianya yang tinggal di sebuah desa kecil, uang sejumlah itu nilainya sudah cukup besar.

Oleh Setta

Jam dinding menunjukkan pukul 10 pagi lebih beberapa menit saat keponakan saya yang masih duduk di bangku SD kelas dua tiba dari sekolah dengan sepedanya. Masih dari jalan depan rumah, ia sudah berteriak lantang kepada ibunya—Bibi saya, meminta uang dua ribu rupiah. Ya, hanya dua ribu rupiah memang. Tetapi untuk anak kecil seusianya yang tinggal di sebuah desa kecil, uang sejumlah itu nilainya sudah cukup besar.

Tak kalah lantang, ibunya menimpali permintaan itu dengan emosional. Saya yakin, jika ada di rumahnya, tetangga kanan kiri rumah akan mendengar dengan sangat jelas suara Bibi saya itu. Sebenarnya pertanyaan standar saja; ia menanyakan untuk apa uang sejumlah itu? Hanya saja, pertanyaan standar itu terdengar seolah menjadi sebuah “kemurkaan” di telinga keponakan saya karena intonasi suaranya yang sangat tinggi. Bibi saya juga langsung ber-su’uzhan, bahwa uang sejumlah itu akan dibelikannya mainan karena hari itu ada seorang warga yang sedang hajatan mengadakan hiburan Orgen, yang tentu saja akan banyak orang berjualan di sana. Tanpa memberinya kesempatan berdialog untuk mengutarakan alasannya meminta uang sejumlah itu dengan bahasa cinta seorang ibu.

Bisa ditebak, keponakan saya langsung mengeluarkan jurus pamungkasnya: menangis seketika. Masih lengkap dengan seragam sekolahnya yang belum sempat dilepasnya. Cukup lama ia menangis. Di sela tangisannya, di antaranya ia menyebut-nyebut uang miliknya dari pemberian para famili yang “diminta” (baca: disimpan) oleh ibunya.

Bibi saya yang tidak sabaran dan cenderung emosional, mendengar anaknya menyebut-nyebut uang miliknya yang “diminta” olehnya, menanggapinya juga dengan kurang bijak. Ia langsung membuka lemari tempat di mana uang itu disimpan dan diberikannya uang itu semuanya kepada keponakan saya. Habiskan saja semua uang itu, kata Bibi saya masih dengan emosinya pada anaknya yang masih menagis tersedu-sedu di depannya.

Begitulah bahasa cinta yang dimiliki Bibi saya pada anak semata wayangnya.

#

Sekarang, izinkan saya bercerita kepada Anda, jika seandainya kejadian serupa saya alami beberapa tahun yang akan datang. Ya, karena bukan tak mungkin saya juga akan merasakan menjadi orang tua seperti Bibi saya, iya kan?

#

“Mamaa…! Aku minta uang dua puluh ribu!!” Teriak Ahmad lantang masih dari pinggir jalan depan rumah sepulang sekolah dengan sepeda mininya yang dicat warna hijau muda. Anak semata wayangku itu masih duduk di bangku SD kelas dua.

Aku tersenyum lebar mendengar teriakannya. Sambil membukakan pintu samping rumah mungil kami, aku menyapanya dengan wajah matahari sepenggalah. “Assalaamu ’alaikum! Wah, jagoan Mama sudah pulang ya?”

Ahmad turun dari sepedanya dan menuntunnya ke arahku. Walau tampak cuek, akhirnya ia malu-malu menjawab salamku. Ya, aku memang selalu mengingatkannya untuk mengucapkan salam salam setiap akan masuk ke rumah. Tapi tadi mungkin ia lupa. Aku bisa memakluminya.

Sembari Ahmad melepas sepatunya, aku mengambil segelas air putih untuknya dengan mug bergambar lucu kesayangannya. Kemudian aku lap keringat dingin yang membanjir di dahi dan mukanya.

“Stop! Cuci tangan dulu, Sayang…, ” cegahku ketika tangan Ahmad akan menyerobot mug berisi air putih di depannya.

Lagi, meski kelihatan enggan ia menuruti kata-kataku. Ia menuju tempat air untuk mencuci tangannya.

Setelah menghabiskan minumnya, aku mengajak Ahmad ke “ruang santai” rumah kami yang sekaligus menjadi ruang belajar, ruang kerja, dan perpustakaan mini keluarga. Tempat di mana sebuah PC dan printer, beberapa rak berisi koran, majalah, jurnal ilmiah, ensiklopedi, kamus aneka bahasa, Al-Quran dan buku-buku fiksi dan nonfiksi, sebuah whiteboard ukuran sedang, serta beberapa alat permainan kreatif milik Ahmad berada.

Di sana, sambil mengganti seragam sekolahnya, Ahmad mulai bercerita tentang aktivitasnya di sekolah tadi. Aku mendengarkannya antusias sambil memeriksa buku-buku catatan sekolahnya. Wah, pagi ini Ahmad mendapat nilai 10 untuk Matematika, 9 untuk Bahasa, dan 7.5 untuk Menggambar. Tak mau kehilangan momen baik, aku pun memberikan ucapan selamat untuknya dan lebih memotivasinya agar menjadikan belajar dan sekolah sebagai salah satu bentuk ibadah dan bukan semata untuk mendapatkan nilai bagus saja, di antara kalimat-kalimat yang meluncur deras dari bibirnya. Juga mengingatkannya lagi agar pada saat waktu belajar tiba tidak harus selalu diingatkan oleh kami, orang tuanya. Hingga sampailah Ahmad pada cerita itu….

“Mama….” Ahmad tampak sungkan melanjutkan kalimatnya.

Aku menatap mata beningnya dengan cinta. Memintanya untuk tak sungkan bercerita apa adanya tanpa harus dengan berkata-kata. Aku menganggukan kepalaku dan tersenyum lebar untuknya.

“Mama, ee….” Ia masih ragu.

“Ingat tidak apa kata Rosul? Orang jujur disayang…?”

Disayang Allah! Aku yakin sekali Ahmad menjawabnya begitu, meski ia tidak mengucapkannya.

“Tadi di sekolah, Farhan membawa VCD cerita Nabi Musa. Aku sih hanya lihat cover-nya saja. Tapi kata Farhan yang sudah menontonnya, ceritanya bagus banget lho, Ma….” Akhirnya, tanpa diminta Ahmad bercerita tuntas tentang alasannya meminta uang dua puluh ribu rupiah tadi. Sedetil-detilnya dengan penuh harapan aku akan mengabulkan permintaannya.

Setelah mempertimbangkan dengan matang dan penuh perhitungan, aku menjawab rengekannya. “Iya, Mama bisa memahaminya. Coba nanti Ahmad bilang sendiri sama Papa ya? Insya Allah Mama dukung deh. Tapi….”

“Tapi kenapa, Ma?”

“Ada syaratnya. Kalau Papa mengabulkannya, Ahmad harus hafal surat Al-Insyiroh. Oke?”

“………………………………………”

“…………”

#

Begitulah bahasa cinta yang ingin saya ajarkan kepada anak-anak saya kelak. Oh ya, jangan lupa doakan saya semoga bisa menjadi orang tua yang sabar, bijak, dan mendidik buah hati saya dengan cinta suatu hari nanti. Insya Allah.

#

Karang Kandri, 05 Mei 2006 02:10:17 p.m.
setta_81@yahoo.com


www.eramuslim.com


Baca Selengkapnya ......

Bahasa Cinta

Oleh Setta

Jam dinding menunjukkan pukul 10 pagi lebih beberapa menit saat keponakan saya yang masih duduk di bangku SD kelas dua tiba dari sekolah dengan sepedanya. Masih dari jalan depan rumah, ia sudah berteriak lantang kepada ibunya—Bibi saya, meminta uang dua ribu rupiah. Ya, hanya dua ribu rupiah memang. Tetapi untuk anak kecil seusianya yang tinggal di sebuah desa kecil, uang sejumlah itu nilainya sudah cukup besar.

Oleh Setta

Jam dinding menunjukkan pukul 10 pagi lebih beberapa menit saat keponakan saya yang masih duduk di bangku SD kelas dua tiba dari sekolah dengan sepedanya. Masih dari jalan depan rumah, ia sudah berteriak lantang kepada ibunya—Bibi saya, meminta uang dua ribu rupiah. Ya, hanya dua ribu rupiah memang. Tetapi untuk anak kecil seusianya yang tinggal di sebuah desa kecil, uang sejumlah itu nilainya sudah cukup besar.

Tak kalah lantang, ibunya menimpali permintaan itu dengan emosional. Saya yakin, jika ada di rumahnya, tetangga kanan kiri rumah akan mendengar dengan sangat jelas suara Bibi saya itu. Sebenarnya pertanyaan standar saja; ia menanyakan untuk apa uang sejumlah itu? Hanya saja, pertanyaan standar itu terdengar seolah menjadi sebuah “kemurkaan” di telinga keponakan saya karena intonasi suaranya yang sangat tinggi. Bibi saya juga langsung ber-su’uzhan, bahwa uang sejumlah itu akan dibelikannya mainan karena hari itu ada seorang warga yang sedang hajatan mengadakan hiburan Orgen, yang tentu saja akan banyak orang berjualan di sana. Tanpa memberinya kesempatan berdialog untuk mengutarakan alasannya meminta uang sejumlah itu dengan bahasa cinta seorang ibu.

Bisa ditebak, keponakan saya langsung mengeluarkan jurus pamungkasnya: menangis seketika. Masih lengkap dengan seragam sekolahnya yang belum sempat dilepasnya. Cukup lama ia menangis. Di sela tangisannya, di antaranya ia menyebut-nyebut uang miliknya dari pemberian para famili yang “diminta” (baca: disimpan) oleh ibunya.

Bibi saya yang tidak sabaran dan cenderung emosional, mendengar anaknya menyebut-nyebut uang miliknya yang “diminta” olehnya, menanggapinya juga dengan kurang bijak. Ia langsung membuka lemari tempat di mana uang itu disimpan dan diberikannya uang itu semuanya kepada keponakan saya. Habiskan saja semua uang itu, kata Bibi saya masih dengan emosinya pada anaknya yang masih menagis tersedu-sedu di depannya.

Begitulah bahasa cinta yang dimiliki Bibi saya pada anak semata wayangnya.

#

Sekarang, izinkan saya bercerita kepada Anda, jika seandainya kejadian serupa saya alami beberapa tahun yang akan datang. Ya, karena bukan tak mungkin saya juga akan merasakan menjadi orang tua seperti Bibi saya, iya kan?

#

“Mamaa…! Aku minta uang dua puluh ribu!!” Teriak Ahmad lantang masih dari pinggir jalan depan rumah sepulang sekolah dengan sepeda mininya yang dicat warna hijau muda. Anak semata wayangku itu masih duduk di bangku SD kelas dua.

Aku tersenyum lebar mendengar teriakannya. Sambil membukakan pintu samping rumah mungil kami, aku menyapanya dengan wajah matahari sepenggalah. “Assalaamu ’alaikum! Wah, jagoan Mama sudah pulang ya?”

Ahmad turun dari sepedanya dan menuntunnya ke arahku. Walau tampak cuek, akhirnya ia malu-malu menjawab salamku. Ya, aku memang selalu mengingatkannya untuk mengucapkan salam salam setiap akan masuk ke rumah. Tapi tadi mungkin ia lupa. Aku bisa memakluminya.

Sembari Ahmad melepas sepatunya, aku mengambil segelas air putih untuknya dengan mug bergambar lucu kesayangannya. Kemudian aku lap keringat dingin yang membanjir di dahi dan mukanya.

“Stop! Cuci tangan dulu, Sayang…, ” cegahku ketika tangan Ahmad akan menyerobot mug berisi air putih di depannya.

Lagi, meski kelihatan enggan ia menuruti kata-kataku. Ia menuju tempat air untuk mencuci tangannya.

Setelah menghabiskan minumnya, aku mengajak Ahmad ke “ruang santai” rumah kami yang sekaligus menjadi ruang belajar, ruang kerja, dan perpustakaan mini keluarga. Tempat di mana sebuah PC dan printer, beberapa rak berisi koran, majalah, jurnal ilmiah, ensiklopedi, kamus aneka bahasa, Al-Quran dan buku-buku fiksi dan nonfiksi, sebuah whiteboard ukuran sedang, serta beberapa alat permainan kreatif milik Ahmad berada.

Di sana, sambil mengganti seragam sekolahnya, Ahmad mulai bercerita tentang aktivitasnya di sekolah tadi. Aku mendengarkannya antusias sambil memeriksa buku-buku catatan sekolahnya. Wah, pagi ini Ahmad mendapat nilai 10 untuk Matematika, 9 untuk Bahasa, dan 7.5 untuk Menggambar. Tak mau kehilangan momen baik, aku pun memberikan ucapan selamat untuknya dan lebih memotivasinya agar menjadikan belajar dan sekolah sebagai salah satu bentuk ibadah dan bukan semata untuk mendapatkan nilai bagus saja, di antara kalimat-kalimat yang meluncur deras dari bibirnya. Juga mengingatkannya lagi agar pada saat waktu belajar tiba tidak harus selalu diingatkan oleh kami, orang tuanya. Hingga sampailah Ahmad pada cerita itu….

“Mama….” Ahmad tampak sungkan melanjutkan kalimatnya.

Aku menatap mata beningnya dengan cinta. Memintanya untuk tak sungkan bercerita apa adanya tanpa harus dengan berkata-kata. Aku menganggukan kepalaku dan tersenyum lebar untuknya.

“Mama, ee….” Ia masih ragu.

“Ingat tidak apa kata Rosul? Orang jujur disayang…?”

Disayang Allah! Aku yakin sekali Ahmad menjawabnya begitu, meski ia tidak mengucapkannya.

“Tadi di sekolah, Farhan membawa VCD cerita Nabi Musa. Aku sih hanya lihat cover-nya saja. Tapi kata Farhan yang sudah menontonnya, ceritanya bagus banget lho, Ma….” Akhirnya, tanpa diminta Ahmad bercerita tuntas tentang alasannya meminta uang dua puluh ribu rupiah tadi. Sedetil-detilnya dengan penuh harapan aku akan mengabulkan permintaannya.

Setelah mempertimbangkan dengan matang dan penuh perhitungan, aku menjawab rengekannya. “Iya, Mama bisa memahaminya. Coba nanti Ahmad bilang sendiri sama Papa ya? Insya Allah Mama dukung deh. Tapi….”

“Tapi kenapa, Ma?”

“Ada syaratnya. Kalau Papa mengabulkannya, Ahmad harus hafal surat Al-Insyiroh. Oke?”

“………………………………………”

“…………”

#

Begitulah bahasa cinta yang ingin saya ajarkan kepada anak-anak saya kelak. Oh ya, jangan lupa doakan saya semoga bisa menjadi orang tua yang sabar, bijak, dan mendidik buah hati saya dengan cinta suatu hari nanti. Insya Allah.

#

Karang Kandri, 05 Mei 2006 02:10:17 p.m.
setta_81@yahoo.com


www.eramuslim.com


Baca Selengkapnya ......

Semua Ada Awalnya

Oleh Yon's Revolta

Cobalah jangan menjadi orang sukses,

Melainkan berusahalah

untuk menjadi orang yang berharga

(Einstein)

Oleh Yon's Revolta

Cobalah jangan menjadi orang sukses,

Melainkan berusahalah

untuk menjadi orang yang berharga

(Einstein)

Di depan sebuah masjid…

Lelaki berjenggot itu nampak serius bekerja. Mengipas-ngipas bara arang dengan beberapa biji jagung muda diatasnya. Dibolak-balik agar merata sambil ditaburi bumbu sesuai pesanan pembeli. Bisa pedas, gurih atau asin. Silakan tinggal memilih saja. Aroma bumbu taburnya bisa kita hirup lezatnya dari dekat.

Saya kurang tahu tempat tinggal penjual jagung bakar itu di mana. Belum sempat menyapa dan bercerita banyak dengannya. Kapan-kapan kalau diberi kesempatan akan saya ceritakan. Yang saya tahu, sekira sudah sebulan dia berjualan di situ.

Apa yang menarik dari pemandangan itu.

Mungkin biasa saja. Tapi mari kita selami lebih dalam lagi tentang fenomena itu. Barangkali, ada keping-keping hikmah yang tersisa. Keping-keping yang bisa kita petik sebagai renungan tentang kehidupan yang kita jalani selama ini.

Di setiap tempat, apa yang kita lihat, semuanya ternyata bisa menjadi bahan renungan kita. Asalkan kita bisa memandangnya dengan cara yang berbeda. Menelisik lebih dalam atas apa yang kita kita lihat itu. Memang melihatnya tak sekedar dengan dua mata kita, tetapi perlu dengan mata jiwa, mata hati. Dengan begitu, kitapun akan bisa meresapi sampai ke hati pula.

Hari ini, kita belajar tentang proses.

Ijinkan saya bertanya. Adakah yang bisa menjamin bahwa orang itu memang punya cita-cita sebagai seorang penjual jagung bakar? Saya sendiri tak yakin. Saya cenderung memandang apa yang dilakukannya sebagai bagian dari proses. Mungkin dia punya cita-cita lebih dalam berbisnis. Hanya saja, sebagai langkah awal, atau bisa juga keterpaksaan karena hanya peluang itu yang ada, maka pekerjaan itu dilakukannya. Bisa jadi begitu.

Nah, anggap saja apa yang dilakukannya kini kita alami. Kita, mungkin saat ini bekerja belum sesuai dengan apa yang kita inginkan. Tentu, langkah terindah yang bisa dilakukan adalah mencintai pekerjaan kita. Anggap ini sebagai langkah awal kita untuk meniti karier yang lebih baik dikemudian hari. Sebuah bagian dari proses pencapaian cita-cita dan impian kita.

Sudah teramat banyak cerita orang-orang yang meniti karier dari awal. Seperti orang yang awalnya penjual koran eceran kemudian menjadi “raja media’. Ya, semua itu ada awalnya. Kata pepatah cinta, ribuan mil dimulai dari satu langkah. Pertanyaannya sekarang, apakah langkah kaki kita telah terayunkan. Ataukah kita masih saja terbayang-bayang akan nikmatnya impian. Hari ini, kita coba untuk beranjak berjalan. Selangkah demi selangkah.

Bagi yang sudah beranjak jauh, perlu sejenak menengok dan berevaluasi. Saya agak sepakat dengan kata Einstein yang saya kutip di atas. Tepatnya, jangan melulu untuk berambisi menjadi orang sukses. Tapi berusaha untuk menjadi manusia yang berharga, manusia yang mempunyai kemanfaatan tak hanya bagi dirinya sendiri, tapi bagi orang lain.

Bagi seorang muslim, tentu paham di mana keberadaan manusia dimuka bumi ini memang ditentukan sejauhmana dia bermanfaat bagi orang lain. Kalau hanya mengejar sukses pribadi, tentu kurang afdhol.

Khusus bagi yang sedang melangkahkan sejengkal demi sejengkal kaki meraih capaian puncak, ada baiknya kita ingat pesan Rasulullah Muhammad SAW “Berharaplah dengan kebaikan, pasti kalian akan mendapatkannya”.

Ya, ini awalan bagi kita untuk menggapai puncak yang baik, halal, diridhoi Allah SWT, dan tentunya setelahnya tak hanya kita yang menikmatinya. Tetapi juga bisa berbagi kebahagiaan dengan orang lain. Semoga, kita bisa melakukannya. (yr)

Rumah Kelana, 10 Juli 2007/ 21. 18.

http://penakayu. Blogspot. Com

www.eramuslim.com


Baca Selengkapnya ......

Jangan Marah....

Oleh Ana Tiara

Sejenak, Jakarta dipenuhi para pecinta sepakbola, Zizou, begitulah panggilan sang pesepakbola dunia asal Prancis yang merupakan imigran itu yang begitu dicintai orang banyak itu. Tapi, ingatkah kita akan kenang-kenangan yang diberikannya kepada penonton pecinta sepakbola? Ya, dia menyeruduk pemain lawannya di medan pertandingan. Spekulasi berkembang di mana-mana. Ada yang bagus dan ada yang tidak bagus.



Oleh Ana Tiara

Sejenak, Jakarta dipenuhi para pecinta sepakbola, Zizou, begitulah panggilan sang pesepakbola dunia asal Prancis yang merupakan imigran itu yang begitu dicintai orang banyak itu. Tapi, ingatkah kita akan kenang-kenangan yang diberikannya kepada penonton pecinta sepakbola? Ya, dia menyeruduk pemain lawannya di medan pertandingan. Spekulasi berkembang di mana-mana. Ada yang bagus dan ada yang tidak bagus.

Marah... Begitulah jawabannya saat ditanya kenapa saat itu dia menyeruduk pemain lawannya dari Italia. Ya, dia marah saat dia diejek lawannya itu untuk tujuan marah sehingga konsentrasinya pecah saat pertandingan penentuan saat itu. Siapa yang tidak marah kalau ibunya direndahkan atau dirinya dicap sebagai anak teroris?

Marah... Salah satu bagian dari emosi ini memang paling sulit dikendalikan. Marah untuk kebaikan, sering digunakan untuk membenarkan tindakan kita yang memang sudah kita anggap benar itu. Tapi, melihat bentuk kemarahan, akan lebih baik untuk kita jika menelaahnya dulu baru bereaksi kemudian karena akibat dahsyat yang dihasilkannya tidak kurang bisa melebihi bom atom atau nuklir....

Marah adalah senjata ampuh untuk mengoyak-koyakkan pemikiran. Marah adalah jalan pintu syeitan yang dengan mudah mengalir di nadi-nadi pembuluh darah kita untuk mengaburkan apa yang sudah tertanam dengan baik. Marah adalah bentuk reaksi yang bisa menimbulkan reaksi lain, masih untung reaksi yang timbul membawa kebaikan, namun kalau sebaliknya bagaimana? Marah adalah salah satu bentuk reaksi yang diharapkan untuk menghancurkan umat oleh musuh-musuh Islam....

Setiap orang berhak marah? Rasulullah pun pernah marah saat melihat perempuan muslim berjilbab diganggu kafir Arab saat pakaian perempuan yang tertutup rapat itu dibuka ramai-ramai, kata sejarah yang saya pelajari begitu. Beliau marah, tapi penyaluran marah beliau untuk menyelamatkan umatnya dari segala sisi. Apa jadinya kita kalau marah hanya untuk ekspresi diri demi yang bernama kepuasan hati....

Hati adalah sebuah jendela tak bernama yang mempunyai tuan. Tuannya akan menggerakkannya semau dia membawanya. Kalau dia baik, insya Allah akan terbawa baik, kalau dia buruk, na’udzubillah....

Hati yang beku tidak akan bisa marah, takut, sedih, atau mencintai. Separah dan semudah itukah ungkapan “hati beku” kita berikan kepada seseorang? Semisal Zizou juga. Keputusan adalah proses penelaahan di dalam hati yang ditransmisikan ke otak lalu dialirkan ke pembuluh-pembuluh darah di semua nadi tubuh lalu kembali ke arteri hingga menuju jantung sebagai pusatnya dan berbuah reaksi. Sejauh mana Anda bisa menahan amarah Anda?

www.eramuslim.com

Baca Selengkapnya ......

Monday, July 2, 2007

Saat Tuhan Memanggilku

Oleh Merrihastuti

Bersyukur adalah menikmati penderitaan sama seperti menikmati kebahagiaan. Mengapa kita harus memilah-milih sesuatu yang diberi oleh Dzat yang sangat menyayangi kita? Tuhan memanggil kita, kadang dengan cara yang meyenangkan hati kita, tapi kita menganggap itu suatu rahmat, hingga kita terlena bahkan lupa dengan kewajiban kita. Akhirnya kita didekatkan dengan Tuhan dengan cara yang menyakitkan. Seperti kehilangan sesuatu yang sangat kita sayangi. Entah itu materi, seseorang yang sangat kita sayangi, atau jabatan serta kekuasaan yang kita banggakan.

Oleh Merrihastuti

Bersyukur adalah menikmati penderitaan sama seperti menikmati kebahagiaan. Mengapa kita harus memilah-milih sesuatu yang diberi oleh Dzat yang sangat menyayangi kita? Tuhan memanggil kita, kadang dengan cara yang meyenangkan hati kita, tapi kita menganggap itu suatu rahmat, hingga kita terlena bahkan lupa dengan kewajiban kita. Akhirnya kita didekatkan dengan Tuhan dengan cara yang menyakitkan. Seperti kehilangan sesuatu yang sangat kita sayangi. Entah itu materi, seseorang yang sangat kita sayangi, atau jabatan serta kekuasaan yang kita banggakan.

Sadarlah bahwa kita, manusia menuruni sifat-sifatnya. Pernahkah kita berfikir bahwa Tuhan itu pencemburu? Tuhan tak pernah mau diduakan dengan apapun. Seperti saya seorang wanita, tak pernah mau diduakan oleh suami saya. Apalagi buat seorang pria. Tapi mengapa kita sering mengkultuskan sesuatu. Tergila-gila pada seseorang sampai hampir bunuh diri. Haus jabatan sampai halalkan segala cara. Pernahkah kita tergila-gila pada Tuhan, sampai ingin bertemu denganNya secepat mungkin?

Saat itu, Tuhan memanggil saya. Dengan memisahkan saya dari suami saya. Begitu sakit hati saya. Dalam pikiran saya saat itu, mengapa saya? Apa salah saya Tuhan? Mengapa Tuhan kejam? Mengapa Tuhan ingin saya meneteskan airmata? Apa yang Tuhan mau dari saya?

Dalam sebulan saya kehilangan 5 kg berat badan. Tidak bisa tidur, makan, apalagi konsentrasi dengan pekerjaan. Betapa saya sangat kehilangan orang yang saya cintai. Betapa sepi tanpa dia. Betapa saya merasa sangat sendiri, padahal Tuhan bersama saya.

Bulan kedua setelah perpisahan saya dengan suami, saya banyak habiskan waktu dengan membaca. Satu yang saya yakini " BERSAMA KESULITAN PASTI ADA KEMUDAHAN." Saya jadi rajin mengikuti pengajian dan diskusi keagamaan. Jujur, awalnya hanya untuk lupakan suami dan menerima dengan ikhlas walau terpaksa.

Tapi kemudian, manfaat yang saya rasakan sangat mendalam. Membekas dalam relung hati saya. Doa saya yang tadinya meminta agar Tuhan mengembalikan suami saya yang pergi, kemudian berubah agar diberi kesabaran bila harus kehilangan. Minta diberi kekuatan bila harus sendirian menjalani hidup. Minta keikhlasan atas apa yang Tuhan beri.

Selain doa, ternyata usaha juga perlu. Dengan setia saya menunggu suami, kalau-kalau dia menghubungi saya. Menunjukan kasih sayang saya dengan menanyakan kabarnya. Walau kadang ada rasa tidak percaya bahwa dia akan datang pada saya lagi.

Finally, setelah Tuhan "menyentil" saya, saya tersadar. Betapa selama ini saya mendewakan suami saya. Betapa selama ini, hidup dan pikiran saya hanya untuk dia. Padahal dalam sholat ada doa "sesungguhnya sholatku, hidupku, mati hanya untuk Tuhan semesta alam."

Dengan kesadaran dan pemahaman baru, saya merasa tenang. Sampai akhirnya suami yang saya cintai datang lagi. Saya tetap menyayanginya, tentu dengan cara yang berbeda

Sedang Tuhan saja pemarah, mengapa suami saya, manusia yang dituruni sifatNya tidak? Kalo Tuhan saja Maha pengampun dan pemberi maaf, mengapa saya, yang manusia tidak memberi maaf?

Terimalah kemarahan dan kasih sayang sebagai satu paket dari yang kita cintai dengan ikhlas.

www. eramuslim.com


Baca Selengkapnya ......

Memaafkan Itu Melegakan

Oleh Susiana Dewi Ratih

Apa yang terjadi padaku ini mungkin bisa untuk berbagi:

Ayah dan ibuku sudah menghadapNYA 5 tahun yang lalu, mereka pergi dalam tahun yang sama, hanya berbeda 6 bulan. Ibuku wafat lebih dulu, baru kemudian ayah.

Oleh Susiana Dewi Ratih

Apa yang terjadi padaku ini mungkin bisa untuk berbagi:

Ayah dan ibuku sudah menghadapNYA 5 tahun yang lalu, mereka pergi dalam tahun yang sama, hanya berbeda 6 bulan. Ibuku wafat lebih dulu, baru kemudian ayah.

Ibuku pergi pada saat hubungannya dengan ayah pada kondisi yang kurang baik. Ibu dan ayahberada pada konflik suami isteri yang sangat mendalam, dan berada di ambang perpisahan. Kemudian Ibu jatuh sakit, dan akhirnya wafat pun, beliau masih membawa rasa kecewa dan marah itu pada Ayah.

Aku pun menjadikan ayah sebagai penyebab perginya ibu. Walaupun tidak pernah kuutarakan langsung kepada beliau, tapi itu tertanam erat dalam hati. Aku tetap melayani beliau, walau tidak lagi dengan hati tulus 100%..

Sampai beliau wafat, dan bertahun-tahun sesudahnya, aku masih tetap menyimpan amarah dan kecewa pada ayah. Dan, selama itu pula, tanpa sadar ada beban berat yang kutanggung dalam hati. Rasanya setiap helaan nafasku terbebani oleh sesuatu. Hal ini juga berakibat dengan hubungan sosialku. Selalu ada rasa curiga pada orang lain, dan selalu berpikir negatip. Akibatnya juga, berpengaruh pada langkah karirku, yang selalu terhambat. Aku selalu gagal mencapai apa yang aku usahakan. Contohnya, berkali-kali aku selalu gagal pada promosi yang diberikan padaku.

Ketika beban kecewaku semakin tak tertahankan, aku bertanya pada seorang udztad, adakah doa yang bisa membuatku tenang? Karena semua doa telah kupanjatkan, shalat-shalat sudah kujalankan, tapi selalu saja aku tidak merasa tenang dan merasa semua aspek dalam hidupku tidak ada yang berjalan lancar.

Udztad itu pun bertanya, apakah juga doa-doa itu dipanjatkan untuk kedua orang tuaku yang sudah wafat? Adakah kekecewaan yang aku simpan terhadap mereka? Jika ada, Mohon ampunan pada Allah SWT, dan cobalah memaafkan dengan ikhlas.

Aku terdiam dan terhenyak, aku menyadari sesuatu, aku sangat tahu, selama ini doa-doa yang kupanjatkan hanya untuk ibu almarhumah, aku berdoa untuk ayah hanya karena kewajiban saja, tidak tulus dan ikhlas.

Dan kesadaran makin jelas, karena akupun telah berbuat dosa dengan tetap memendam amarah serta kekecewaanku pada beliau.padahal beliau sudahwafat. Ya Allah, betapa jahatnya aku.

Akhirnya, aku berwudhlu, serta melakukan shalat tobat, tak terasa airmata tumpah ruah, penyesalan, kekecewaan, serta kerinduan pada ayah dan ibu keluar semua bersama tangis. Aku mohon ampunan pada Allah, memohon maaf pada ayah dan ibuku, serta memaafkan ayah pada apa yang telah beliau pernah lakukan pada keluarganya.

Aku tiba-tiba bisa melihat permasalahan dari sisi berbeda, dan tanpa amarah, yang ada adalah pemakluman serta maaf.

Setelah itu, hatiku jadi ringan, aku bisa melihat semua masalahku dengan cara berbeda, dan mampu mencari solusi atas semua masalah hidup yang selalu datang padaku. Hatiku menjadi lebih tenang. Sungguh karunia yang sangat besar dari Allah SWT.

Terima kasih ya Allah, ternyata, memaafkan itu melegakan.

www.Eramuslim.com


Baca Selengkapnya ......

Thursday, June 7, 2007

Pandai-Pandai Bergaul

Oleh Fatchul Umam

Bergaul dengan orang lain adalah kunci keberhasilan. Bukan kecerdasan, bukan keahlian, bukan pula jumlah ijazah yang dimiliki seseorang yang menentukan keberhasilan dalam menempuh kehidupan. Siapapun mesti bergaul dan hidup bermasyarakat.


Oleh Fatchul Umam

Bergaul dengan orang lain adalah kunci keberhasilan. Bukan kecerdasan, bukan keahlian, bukan pula jumlah ijazah yang dimiliki seseorang yang menentukan keberhasilan dalam menempuh kehidupan. Siapapun mesti bergaul dan hidup bermasyarakat.

Banyak orang cerdas, menguasai keahlian tertentu, tetapi karena tidak pernah mampu mengaktualisasikan kemampuannya kepada lingkungannya, akhirnya ia akan kalah dan pada akhirnya menjadi bagian dari pihak yang tidak sukses.
Seorang anak kecil di sekolah juga harus bergaul dengan kawan-kawannya, guru-gurunya, petugas sekolah, dan juga warga sekitar rumah tinggalnya. Pergaulan dimulai dengan aktifitas bermain bersama. Bekerja sama dalam mencapai hasil bagi kelompoknya. Di sini ia mencoba mengatur strategi yang wajar dan sah. Strategi ini kemudian diterapkan untuk mencapai hasil yang maksimal.

Permainan berkelompok akan lebih memberi inspirasi keberhasilan untuk mencapai target. Karena memang tidak mungkin seorang diri akan bisa sukses untuk meraih hasil yang lebih besar. Dalam berkelompok ini harus ada yang rela memimpin dan mengarahkan, sedang yang lain harus mendukung sesuai dengan perannya. Pendapat yang harus dipakai bukanlah mesti usulan sang pemimpin, tetapi bila suatu strategi bersama telah disepakati maka, semua anggota team harus ikhlas melaksanakannya, tanpa menonjolkan diri sendiri. Itulah yang namanya kebersamaan.

Dari sudut ini kita bisa memahami bahwa kehidupan di dunia adalah permainan semata. Itulah 'game'. 'Dan tiadalah kehidupan dunia ini, selain dari main-main dan senda gurau belaka. Dan sungguh kampung akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertakwa. Maka tidakkah kamu memahaminya?' (al-An'am 32).

Coba perhatikan seorang pedagang. Dalam kegiatannya ia harus bisa berhubungan dengan berbagai orang yang akan mendukung usahanya.
Dari satu sisi ia mengelola karyawan yang membantunya dan para pemasok barang dagangan. Di sisi yang lain ia berhubungan dengan para pelanggannya. Agar para pelanggan, karyawan dan para pemasok ini bisa kekal harus diterapkan cara saling menguntungkan dan saling ketergantungan. Tidak boleh terjadi keuntungan di satu pihak saja. Kalau itu yang terjadi berarti akan menyemaikan permusuhan di kemudian hari.

Al-Qur'an menganjurkan agar 'Saling tolong menolong dalam kebaikan dan taqwa dan jangan saling tolong menolong dalam dosa dan permusuhan' (al-Ma'idah 2). Saling tolong menolong ini adalah adalah kerja bareng untuk mencapai hasil bersama.

Dalam ayat yang lain Al-Qur'an menyatakan: 'Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berperang di jalan-Nya dalam barisan yang teratur seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh' (as-Shaff 2).
Seorang tenaga ahli yang kerja mandiri adalah orang yang pintar bergaul sehingga mendapat pesanan untuk mengerjakan suatu pekerjaan. Artinya ia dituntut untuk mampu menjual gagasan dan keahliannya agar dimanfaatkan oleh orang lain. Ia siap memaparkan gagasan yang tepat kepada sasaran yang tepat sesuai dengan bidang keahliannya. Ia tentu berusaha untuk mendapat hasil kerja. Artinya nilai pekerjaan harus positif setelah dikurangi seluruh biaya yang dikeluarkannya. Tetapi sekali lagi antara pemberi jasa dan pengguna jasa harus saling mendapat keuntungan.

Seorang karyawan perusahaan juga harus memahami cara pergaulan antar karyawan yang setingkat, dengan bawahan dan juga dengan atasan. Ia harus cukup ringan tangan untuk segera menyelesaikan pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya. Bila masih ada kesempatan, tanpa mengganggu tugas utamanya, ia harus siap untuk menunaikan tugas yang diberikan oleh atasannya atau pihak lain yang memerlukan bantuan kerjanya. Karena salah satu job deskripsi karyawan pasti ada klausul yang berbunyi 'melaksanakan tugas lain yang diminta oleh atasannya'.

Bagi manager atau supervisor harus bisa bergaul sesama manajer yang setingkat, fungsi manager atau supervisor adalah mendorong 'something done by others' yaitu anggota timnya. Ia tidak harus melakukan pekerjaan yang harus dikerjakan oleh stafnya. Fungsinya di sini mutlak harus menunjukkan kepemimpinan agar pekerjaan yang menjadi tanggungjawab areanya bisa beres tepat waktu dan tepat kualitasnya.

Memang dalam pergaulan baik di dalam pekerjaan, atau di dalam kehidupan bermasyarakat akan bertemu dengan pihak lain yang menjengkelkan. Semangat untuk kebaikan harus didahulukan, dan jangan sekali-kali membuat suasana menjadi lebih jelek. Sabar menghadapi pihak lain dan terus berusaha melangkah kearah perbaikan adalah kunci utama kesuksesan. Yaitu kesuksesan diri dan kesuksesan bersama.

Dalam kehidupan bermasyarakat, kita sebagai anggota masyarakat, tidak boleh mengucilkan diri. Harus aktif bergaul dengan masyarakat apapun fungsi sosialnya, kaya, miskin, berpendidikan maupun tidak berpendidikan. Pergaulan di sini harus diikuti dengan kesabaran menanggung bila ada perlawanan dari pihak lain. Asal tujuannya adalah kebaikan, maka harus teguh untuk bersama dengan anggota masyarakat menuju kebaikan dengan mengajak kepada kebaikan dan menyetop terjadinya perbuatan yang jelek dan juga yang mengarah kepada kejelekan.
Rasulullah Saw. Bersabda:

عَنْ ابْنِ عُمَرَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْمُؤْمِنُ الَّذِي يُخَالِطُ النَّاسَ وَيَصْبِرُ عَلَى أَذَاهُمْ أَعْظَمُ أَجْرًا مِنْ الْمُؤْمِنِ الَّذِي لَا يُخَالِطُ النَّاسَ وَلَا يَصْبِرُ عَلَى أَذَاهُمْ (ابن ماجه)
Dari Ibnu Umar berkata: Rasulullah Saw bersabda: Orang mukmin yang bergaul dengan msayarakat dan bersabar terhadap perilaku jelek mereka, maka akan mendapat pahala yang sangat besar dari pada orang mukmin yang tidak bergaul dan tidak sabar dengan perilaku jelek mereka. (Sunan Ibnu Majah).

www.eramuslim.com

Baca Selengkapnya ......

Wednesday, May 2, 2007

Kendalikan Emosi Anda..

Oleh Ikhwan Sopa

Semuanya sudah siap. Kami sudah datang pagi-pagi untuk mensetting ruangan workshop hari itu. Saya sendiri, merasa fit dengan tidur yang cukup dan sudah sholat malam. Kata ulama, sholat malam bisa membuat kita berkomunikasi lebih baik pada siang hari berikutnya. Saya percaya, yakin, dan memang melakukannya. Walaupun jujur saja, nggak sering-sering amat.

Semuanya sudah siap. Kami sudah datang pagi-pagi untuk mensetting ruangan workshop hari itu. Saya sendiri, merasa fit dengan tidur yang cukup dan sudah sholat malam. Kata ulama, sholat malam bisa membuat kita berkomunikasi lebih baik pada siang hari berikutnya. Saya percaya, yakin, dan memang melakukannya. Walaupun jujur saja, nggak sering-sering amat.

Doa juga sudah Saya panjatkan. Sejak dari jalan tadi Saya sudah berdoa sampai beberapa kali. Doa yang biasa Saya panjatkan adalah doa "sukses presentasi" ala Nabi Musa As. Ya, semuanya sudah siap kecuali satu hal; proyektor LCD. Petugas hotel yang biasanya memasang barang satu itu belum nongol juga. Tapi Saya tenang-tenang saja. Biasanya memang begitu kok. Nanti beberapa menit sebelum acara dimulai, barulah dipasangnya.

Sampai waktunya workshop itu harus dimulai, benda yang satu itu tak muncul-muncul juga. Saya tidak melihat adanya "penampakan" di meja yang biasa jadi tongkrongannya. Kosong melompong. Saya mulai bertanya-tanya ada apa. Staf Saya mengatakan bahwa LCD proyektor sedang dalam perjalanan. Lha! Bukankah benda itu punya hotel sini? "Dipakai hotel lain yang segrup", kata salah satu petugas hotel.

EMOSI ANDA PUNYA ENERGI

Sepuluh menit belum juga. Sesuatu mulai menjalari Saya. Anda tahu rasanya? Bagi beberapa orang, kegagalan menyediakan perlengkapan yang memang sudah direncanakan pemakaiannya, bisa menjadi bencana. Malah, itu juga bisa identik dengan kegagalan presentasi itu sendiri. Bagi Saya juga sama, itu bisa berarti kegagalan workshop Saya.

Darah Saya sudah mulai berkumpul di ubun-ubun. Saya marah. Bukankah Saya sudah persiapkan sebelumnya? Bukankah staf Saya sudah membookingnya beberapa hari yang lalu?

Saya sedih. Apa jadinya workshop itu tanpa slide yang memang sering Saya presentasikan?

Saya kecewa. Dan bagaimanakah kecewanya para peserta? Apa yang Saya bayangkan pada saat itu, adalah marah, sedih, dan kecewanya mereka.

Kemudian Saya sadari sesuatu. Apa yang perlu Saya lakukan dalam situasi itu adalah bukan memperburuknya, melainkan memperingannya. Saya cukup heran bahwa dalam kondisi seperti itu, Saya masih bisa berpikir cukup jernih. Alhamdulillah. Lantas apa yang harus Saya lakukan?

Saya maju ke depan, mengucapkan salam, berbasa-basi sedikit, lalu memulainya. Saya tahu persis bahwa wajah Saya memerah karena campuran segala perasaan. Sedih, marah, kecewa, malu dan entah apalagi. "Bapak dan Ibu sekalian, Anda lihat di depan tidak ada LCD proyektor. Biasanya ia ada di sana, dan hari ini entah kemana. Apakah menurut Anda Saya marah? Ya Saya marah!" Saya mengatakan itu dengan setengah berteriak. "Mari kita mulai! Mari Saya tunjukkan bagaimana Saya marah!"

Setahu Saya, kita bisa melupakan penyebab kemarahan, akan tetapi kita cukup sulit untuk meredam energinya. Saya bertekad untuk melupakan kemarahan Saya, tapi Saya akan menggunakan energinya untuk workshop Saya.

Hari itu, energi Saya jauh lebih besar dari biasanya. Saya bahkan seperti lupa bahwa satu jam kemudian, benda yang Saya tunggu akhirnya datang juga. Tapi Saya, sudah terlanjur "ngamuk". Tahukah Anda bagaimana akhirnya?

Sampai di rumah Saya letih luar biasa. Tapi dari feedback staf Saya dan para peserta, Saya menemukan bahwa hari itu, adalah salah satu workshop terbaik Saya!

KENDALIKAN EMOSI ANDA

Emosi Anda adalah energi besar. Kekuatannya tak pernah bisa Anda bayangkan. Kejadian di Virginia Tech adalah emosi. Orang berantem di televisi adalah emosi. Bahagianya Tamara Blezinski ketemu Rasha adalah emosi. Emosi adalah energi yang bisa positif dan bisa negatif. Anda, tentu saja ingin emosi Anda selalu positif. Bagaimana me-manage-nya? Ada caranya.

Berikut ini adalah ringkasan dari buku "I Create Reality - Beyond Visualization: How You Can Use Holographic Creation to Manifest Your Desires!" karangan Christopher Westra yang dikenal dengan HoloCreation Techniques-nya.

1. Bertanggungjawablah atas Emosi Anda

Mungkin, saat ini Anda belum terlalu mempercayainya. Namun demikian tetaplah katakan ini pada diri Anda, saat Anda marah, sedih, kecewa, putus asa, atau bahkan berbahagia:

"Sayalah yang menciptakan realitas Saya, dan sekarang Saya sedang menciptakan emosi ini."

Biasanya, Anda tidak pernah melakukan langkah pertama ini. Mengapa? Karena Anda lebih percaya bahwa keadaan atau situasi di luar Andalah yang menyebabkan emosi Anda.

2. Beri Nama untuk Emosi Anda

Memberi nama pada emosi akan memperjelas pemahaman Anda tentang emosi itu. Ini juga akan meningkatkan kesadaran Anda tentang emosi itu. Tidak cukup, jika Anda menyebut emosi itu hanya dengan "sedih", "marah", "jelek", "bagus" dan sebagainya.

"Aku lagi biru"
"Gue emang lagi ngehek"
"Saya sedang hitam"
"Aku lagi kena emosi nomor dua belas"
"Saya sedang mengalami kram otak"
"Aku kayaknya lagi kena racun cinta"

Semakin spesifik Anda menamainya, semakin jelas, lengkap, dan spesifik inventory emosi Anda. Hafalkan untuk identifikasi di masa depan.

3. Biarkan Berlalu Penyebabnya

Lupakan, apapun yang di luar diri Anda yang Anda anggap menjadi penyebab emosi Anda, tapi pertahankanlah emosinya. Ingat, Anda tetap harus mengontrolnya. Apa yang Anda lakukan, adalah memisahkan "penyebab emosi" dari emosi itu sendiri. Kini, emosi Anda menjadi lebih obyektif sifatnya. Benda obyektif yang sudah punya nama.

4. Hargai Emosi Anda

Hargai emosi Anda. Sebab dengan itu, Anda ternyata masih manusia. Menghargai emosi tidak berarti menghakiminya dengan "baik" atau "buruk". Hargai keberadaannya sebagai pelengkap kemanusiaan. Hargai keberadaannya dan bukan sifat atau pengaruhnya. Ini adalah langkah penting dalam rangka menuju ke poin berikut ini.

5. Rasakan Emosi Anda

Kini, Anda rasakan lagi emosi Anda dengan cara yang berbeda. Tanpa penghakiman dan sikap bertahan, rasakan saja. Bila perlu, rasakan di mana letaknya. Di kepala Anda, di dada Anda, di telinga Anda, di wajah Anda, di mana saja di bagian tubuh Anda. Anda kini mengobservasi emosi Anda dengan obyektif. Ingat, tanpa penghakiman dan sikap bertahan.

6. Dapatkan Penjelasan

Anda telah dilingkupi oleh semangat untuk belajar dan tumbuh. Mulailah mencari alasan yang menciptakan emosi Anda. Waspadai yang satu ini: Jangan kembali ke "penyebab eksternal" sebab Anda sedang ber-internalisasi. Penyebab emosi Anda adalah Anda sendiri, bukan sesuatu yang di luar Anda. Bertanyalah,

"Apa yang perlu Saya pelajari dari emosi ini?"
"Keyakinan melenceng apa di dalam diri Saya, yang menciptakan emosi ini?"

7. Identifikasi

Berilah waktu untuk jawabannya. Your answer will come. Di dasar setiap emosi negatif, selalu ada keyakinan yang tidak tepat.

Apakah Anda merasa "harus" membuat semua orang senang?
Apakah Anda merasa tidak akan bisa disukai jika "tidak sempurna"?
Apakah Anda merasa bahwa semua orang "harus" mengikuti Anda?
Apakah Anda merasa diri Anda "tidak bernilai"?

8. Tukar Keyakinan Anda

Pilihlah keyakinan yang lebih baik untuk menggantikan keyakinan negatif Anda. Katakan dengan eksplisit,

"Sekarang Saya memilih untuk menolak keyakinan ini, dan menggantinya dengan keyakinan ini."

Pada empat langkah terakhir, Anda akan merasakan sesuatu yang luar biasa. Emosi negatif Anda pergi, dan sepenuhnya digantikan dengan sesuatu yang lain. Mengapa ini bisa terjadi? Kuncinya, ada pada kejelasan dan naiknya kesadaran.

Pernah mendengar "illusion of control"? Dengan mengikuti amarah, Anda merasa mengendalikan sesuatu, padahal Andalah yang sebenarnya berada di bawah kendali emosi. Upaya Anda untuk mengendalikan emosi, tanpa Anda sadari adalah sebentuk penolakan. Dan jika Anda melakukannya dengan memaksa diri, maka Anda bisa menderita selama beberapa jam lamanya. Ketahuilah, itu menggerogoti Anda.

Dengan langkah yang tepat dalam membiarkan diri merasakan emosi, Anda akan bisa merasakan emosi sesuai kegunaannya. Untuk belajar, untuk tumbuh, untuk dewasa, untuk tidak menjadi destruktif, untuk menjadi lebih berbahagia.

Lakukanlah sesegera mungkin, dan dapatkan manfaat ajaibnya dalam dua minggu ke depan.

By : ikhwan.sopa@gmail.com


Baca Selengkapnya ......

Tuesday, April 24, 2007

Belajar Merubah Diri (baca : Akhlak)

Assalamu'alaikum

Kawan-kawan semua, kl kita lihat dari judulnye aje mungkin sebagian dari kita penah mencoba atau bahkan sering mengulangi kata-kata tersebut dan berniat ingin berubah.

Kawan-kawan semua, kl kita lihat dari judulnye aje mungkin sebagian dari kita penah mencoba atau bahkan sering mengulangi kata-kata tersebut dan berniat ingin berubah.

Emang sih berucap atau berjanji sesuatu di mulut itu memang mudah sekali bahkan tidak jarang kita mungkin tiap hari berniat/berjanji dalam diri kita sendiri, terutama dalam hal ingin merubah diri kita sendiri yang mungkin kita menyadari bahwa kita ingin merubah sifat/akhlak kita ke arah yang lebih baik.

Setiap kali kita berniat n berjanji ingin merubah sifat kita, namun pada kenyataannya hal tersebut sangatlah sulit sekali untuk direalisasikan dalam kehidupan nyata ini. Perlahan tapi pasti kita terus dan teruus berusaha di samping do'a yang kita panjatkan kepada sang maha merubah segalanya Allah Subhana wa Ta'ala.

Terkadang kita sangat pandai dalam menasihati orang lain terutama kawan-kawan terdekat kita untuk selalu meningkatkan kualitas akhlak kita di mata Allah dan manusia, namun pada kenyataannya diri kita jugalah yang merasakan betapa sulitnya merubah sesuatu ke arah yang lebih baik.

Saya pribadi mengajak kawan-kawanku dan juga diri saya pribadi, marilah kita berusaha terus menerus untuk selalu berubah ke arah yang lebih baik terutama akhlak kita, karena saat ini kaau kita perhatikan dalam kehidupan kita sehari-hari terutama lingkungan kita sendiri, kita mungkin menyaksikan penurunan kualitas aklhak masyarakat kita.

Insya Allah kalo kita konsisten dengan niat dan janji kita dalam merubah akhlak kita, maka Allah akan mengabulkan janji kita itu Amiiin.

Wassalam

Ikhwan Supriyana


Baca Selengkapnya ......

Wednesday, April 18, 2007

Salam Berbuah Cinta

Oleh Bayu Gawtama

Diro, sebut saja begitu nama lelaki bujangan asli Jawa ini. Diro dikenal sebagai lelaki yang sopan, hanif, dan punya ciri khas, yakni senang mengucapkan salam "Assalaamu'alaikum" kepada siapa pun -muslim- yang dijumpainya di manapun.

Oleh Bayu Gawtama

Diro, sebut saja begitu nama lelaki bujangan asli Jawa ini. Diro dikenal sebagai lelaki yang sopan, hanif, dan punya ciri khas, yakni senang mengucapkan salam "Assalaamu'alaikum" kepada siapa pun -muslim- yang dijumpainya di manapun.

Suatu ketika, Diro ditugaspindahkan ke kota X, untuk jangka waktu dua tahun. Setibanya di kota X itu, lelaki bujangan ini langsung mencari tempat kos/kontrakan yang tidak jauh dari tempatnya bekerja. Setelah tiga hari di kota tersebut, Diro baru menyadari bahwa ada gadis cantik dan shalihah yang tinggal hanya beberapa meter dari kos-nya. Seperti biasa, tanpa maksud buruk, tanpa niat menggoda, Diro pun mengucapkan salam kepada gadis itu, saat keduanya bersama-sama menunggu bis di tepi jalan.

Sekali lagi, Diro tidak punya niat apapun ketika mengucapkan salam. "Dia berjilbab, jadi sudah pasti muslim, maka saya ucapkan salam kepadanya. Lagi pula gadis itu tetangga saya, kan wajar sama tetangga saling menyapa, " alasannya.

Ucapan salam Diro dibalas delikkan mata tidak suka dari gadis tetangganya itu. Namun Diro tidak peduli, karena niatnya sangat tulus. Begitu pun sore harinya, ketika berpapasan di jalan, Diro kembali mengucapkan, "Assalaamu'alaikum Dik... " Jawabannya tidak berbeda dengan pagi hari, wajah tidak suka.

Mungkin pikir si gadis itu, Diro tidak ubahnya lelaki iseng yang senang menggoda. Sudah lazim diketahui, lelaki-lelaki iseng dan kurang kerjaan senang menggoda wanita. Dan bila yang digoda adalah wanita berjilbab, ucapan "Assalaamu'alaikum" biasa dijadikan andalan mulut-mulut lelaki ini.

Berbeda dengan Diro. Dia tidak sakit hati ketika salamnya tidak dibalas, atau bahkan dibalas dengan tatap mata sinis. Setiap hari, setiap kali bertemu dengan gadis itu tetap mengucapkan salam. Diro tidak bosan meski salamnya selalu mendapat jawaban yang serupa, dan sesekali makian, "maunya apa sih?"

Diro hanya membalasnya dengan senyum seraya menjelaskan, "maaf, salam itu hanya doa untuk adik." Belakangan, Diro mengetahui bahwa nama gadis itu, Dian, sebut saja demikian.

Dua bulan bertugas di kota itu, Diro mendapat panggilan dari kantor pusat untuk memberikan laporan tugasnya. Diro pun kembali ke Jakarta untuk waktu dua pekan.

Sementara di kota X, pagi harinya. Dian belum merasakan apa pun. Namun keesokan harinya, gadis itu baru menyadari ada yang ganjil dengan hari-harinya, baik pagi maupun sore. Ya, Dian merasa ada yang hilang. Setelah berpikir sejenak, barulah ia sadar, tidak ada lagi lelaki yang selama ini mengucapkan "Assalaamu'alaikum" kepadanya. Bahkan keesokan harinya, Dian mulai celingak-celinguk mencari lelaki pengucap salam itu. Satu-dua bis yang biasa ditumpanginya sengaja dibiarkan berlalu, "mungkin dia terlambat" pikirnya. Namun hingga hampir satu jam, yang dinanti tak kunjung tiba.

Sepekan sudah Dian tak melihat lelaki pengucap salam. Sepekan pula telinganya tak mendengar suara khas lelaki itu berucap, "Assalaamu'alaikum Dik... " Rupanya Dian mulai kangen dengan ucapan salam itu. Jika mulanya ia merasa ucapan salam Diro itu sebagai godaan lelaki iseng, ternyata kini ia merindukan ucapan salam itu.

Dian hampir putus asa, hingga satu pekan berikutnya tak kunjung terdengar ucapan salam khas nan lembut itu. Sampai di satu pagi, dari arah belakang terdengar suara khas itu lagi, "Assalaamu'alaikum Dik... " Kali ini giliran Diro yang terheran-heran, karena jawaban lembut dari wajah manis yang diterimanya, "Wa'alaikum salam kak... Apa kabar? Ke mana saja? Lama tidak berjumpa......... "

Sejak hari itu, keduanya menjadi akrab. Hari-hari setelah itu, diisi dengan keriangan keduanya dalam setiap perjumpaannya. Sebuah bukti nyata, bahwa ucapan salam jika diberikan secara ikhlas kepada siapa pun, akan membawa kedamaian bagi yang menerimanya. Hanya beberapa bulan setelah itu, belum satu tahun Diro tinggal di kota X itu, Diro dan Dian sepakat untuk menyatukan hati dalam bingkai rumah tangga.


Baca Selengkapnya ......

Monday, April 2, 2007

Duta Islam

Oleh Hafizah Nur

Belum lama ini seorang sahabat bercerita tentang anaknya yang duduk di kelas 4 SD Jepang. Anaknya, sebut saja Raihana chan selalu memakai jilbab mungilnya ke sekolah, meskipun di dalam kelas jilbab itu dibukanya.


Oleh Hafizah Nur

Belum lama ini seorang sahabat bercerita tentang anaknya yang duduk di kelas 4 SD Jepang. Anaknya, sebut saja Raihana chan selalu memakai jilbab mungilnya ke sekolah, meskipun di dalam kelas jilbab itu dibukanya.

Suatu hari teman akrabnya di sekolah, Aiko chan, mencoba memakai jilbab mungil milik Raihana chan. Sambil sedikit becanda, dia menanyakan pendapat teman-temannya bila ia memakai Jilbab. Lalu dijawab “hen da yo..” kamu aneh, begitu pendapat teman-temannya.

Lain waktu, Aiko chan berkata kepada Raihana chan, “Saya ingin menjadi orang Islam, tapi saya bukan orang Indonesia seperti kamu, ” Raihana chan menatapnya, “Kamu bisa tetap menjadi orang Islam meskipun kamu bukan orang Indonesia, kamu juga tidak perlu bisa bahasa Indonesia untuk menjadi orang Islam, kamu cuma perlu belajar Qur’an”. Jawab Raihana Chan memberi penjelasan. Raihana chan tanpa sadar menjadi dai cilik yang memperkenalkan Islam kepada teman-teman nihonjin-nya.

Beberapa waktu lalu, ketika saya sedang mengantarkan anak saya ke jidoukan untuk mengikuti kegiatan rutinnya, seorang teman nihonjin menyodorkan sesuatu kepada saya. “ini daftar makanan yang boleh dan tidak boleh dimakan oleh orang Islam. Saya dapat ini dari internet” ujarnya, “moushi yokattara, tsukatte kudasai” tambahnya lagi.

Saya terkejut dengan perhatiannya. Selama ini memang saya selalu menolak secara halus bila teman-teman nihonjin menawarkan makanan yang saya ragukan kehalalannya. Saya juga menjelaskan alasan penolakan saya, yaitu karena agama. Meskipun awalnya kecewa dan sedikit tersinggung, tetapi lambat laun mereka menghargai pendirian saya. Karena di lain waktu, ketika saya yakin makanan yang diberikan itu halal, tanpa ragu saya akan memakannya bersama mereka.

Tidak jarang saya kerepotan mengecek bahan makanan yang terdaftar dalam suatu kemasan, apakah ada unsur yang haram atau tidak. Ternyata teman saya yang satu ini menaruh perhatian khusus tentang kebiasaan saya ini, sehingga waza-waza menawarkan solusi untuk meringankan kesulitan saya, memberikan daftar makanan yang bisa dimakan di Jepang ini.

Hidup dalam lingkungan yang jauh berbeda memang tidak mudah. Awalnya tidak jarang ada orang-orang yang menolak keberadaan saya, atau teman-teman muslim lainnya. Terutama karena citra Islam sangat buruk di mata negara-negara yang berkiblat ke Barat. Tetapi itulah tantangan untuk setiap muslim, untuk membuktikan bahwa pandangan yang dihembuskan media selama ini adalah salah. Berusaha menampilkan diri sebagai duta Islam dengan segala keindahan yang terkandung di dalam agama ini. Tentu saja ini bukan pekerjaan ringan.

Teringat suatu kisah di zaman Rosulullah, ketika salah seorang sahabat diminta untuk menjadi duta Islam untuk membuka kota Madinah, Mushab bin Umair ra. Sahabat Rosulullah ini, dengan pembawaannya yang tenang, dan tutur katanya yang lembut berhasil menghantarkan penduduk kota madinah ke dalam pangkuan Islam. Meskipun sebelumnya sempat menerima ancaman pengusiran sampai pembunuhan dari pembesar kota Madinah. Tetapi langkahnya tidak surut, bahkan Mushab ra berhasil mengIslamkan mereka. Dan inilah yang menjadi kunci pembuka kota madinah saat itu.

Negeri Jepang adalah negeri yang penduduknya bertuhankan kerja. Sebagian besar dari mereka tidak peduli dengan agama apa pun. Banyak dari mereka yang mengaku Budha atau Shinto, tetapi tidak pernah ke kuil. Natal dan perayaan hari besar lainnya pun dilakukan bukan karena berlandaskan agama, tetapi lebih kepada budaya, kebiasaan yang turun temurun atau karena adanya pengaruh budaya Barat sebagai kiblat mereka. Bukan hal mudah memperkenalkan Islam yang hanif ini kepada mereka.

Mungkin saja Allah memang mentakdirkan saya dan teman-teman yang lain datang ke Jepang ini untuk menjadi duta Islam. Memperkenalkan sedikit demi sedikit Islam yang hanif ini sehingga mengurangi keterasingan mereka terhadap Islam.

Mungkin saat ini mereka hanya mengenal jilbab sebagai pakaian orang Islam. Mereka hanya tahu ada konsep halal haram dalam Islam. Tetapi mudah-mudahan dengan interaksi yang terus menerus dengan orang Islam menimbulkan rasa ingin tahu yang lebih dalam lagi tentang Islam. Kemudian bisa menerima Islam. Sampai suatu saat dengan suka rela menjadi pemeluknya. Semoga.

Awal April 2007

Http://hifizahn. Multiply. Com

Terjemahan:

nihonjin: orang jepang jidoukan: gedung tempat kegiatan anak-anak, biasanya untuk bermain anak.
Moushi yokatta tsukatte kudasai: kalau berkenan silahkan digunakan Waza-waza: secara khusus hanif: lurus

Baca Selengkapnya ......