Oleh Hafizah Nur
Belum lama ini seorang sahabat bercerita tentang anaknya yang duduk di kelas 4 SD Jepang. Anaknya, sebut saja Raihana chan selalu memakai jilbab mungilnya ke sekolah, meskipun di dalam kelas jilbab itu dibukanya.
Oleh Hafizah Nur
Belum lama ini seorang sahabat bercerita tentang anaknya yang duduk di kelas 4 SD Jepang. Anaknya, sebut saja Raihana chan selalu memakai jilbab mungilnya ke sekolah, meskipun di dalam kelas jilbab itu dibukanya.
Suatu hari teman akrabnya di sekolah, Aiko chan, mencoba memakai jilbab mungil milik Raihana chan. Sambil sedikit becanda, dia menanyakan pendapat teman-temannya bila ia memakai Jilbab. Lalu dijawab “hen da yo..” kamu aneh, begitu pendapat teman-temannya.
Lain waktu, Aiko chan berkata kepada Raihana chan, “Saya ingin menjadi orang Islam, tapi saya bukan orang Indonesia seperti kamu, ” Raihana chan menatapnya, “Kamu bisa tetap menjadi orang Islam meskipun kamu bukan orang Indonesia, kamu juga tidak perlu bisa bahasa Indonesia untuk menjadi orang Islam, kamu cuma perlu belajar Qur’an”. Jawab Raihana Chan memberi penjelasan. Raihana chan tanpa sadar menjadi dai cilik yang memperkenalkan Islam kepada teman-teman nihonjin-nya.
Beberapa waktu lalu, ketika saya sedang mengantarkan anak saya ke jidoukan untuk mengikuti kegiatan rutinnya, seorang teman nihonjin menyodorkan sesuatu kepada saya. “ini daftar makanan yang boleh dan tidak boleh dimakan oleh orang Islam. Saya dapat ini dari internet” ujarnya, “moushi yokattara, tsukatte kudasai” tambahnya lagi.
Saya terkejut dengan perhatiannya. Selama ini memang saya selalu menolak secara halus bila teman-teman nihonjin menawarkan makanan yang saya ragukan kehalalannya. Saya juga menjelaskan alasan penolakan saya, yaitu karena agama. Meskipun awalnya kecewa dan sedikit tersinggung, tetapi lambat laun mereka menghargai pendirian saya. Karena di lain waktu, ketika saya yakin makanan yang diberikan itu halal, tanpa ragu saya akan memakannya bersama mereka.
Tidak jarang saya kerepotan mengecek bahan makanan yang terdaftar dalam suatu kemasan, apakah ada unsur yang haram atau tidak. Ternyata teman saya yang satu ini menaruh perhatian khusus tentang kebiasaan saya ini, sehingga waza-waza menawarkan solusi untuk meringankan kesulitan saya, memberikan daftar makanan yang bisa dimakan di Jepang ini.
Hidup dalam lingkungan yang jauh berbeda memang tidak mudah. Awalnya tidak jarang ada orang-orang yang menolak keberadaan saya, atau teman-teman muslim lainnya. Terutama karena citra Islam sangat buruk di mata negara-negara yang berkiblat ke Barat. Tetapi itulah tantangan untuk setiap muslim, untuk membuktikan bahwa pandangan yang dihembuskan media selama ini adalah salah. Berusaha menampilkan diri sebagai duta Islam dengan segala keindahan yang terkandung di dalam agama ini. Tentu saja ini bukan pekerjaan ringan.
Teringat suatu kisah di zaman Rosulullah, ketika salah seorang sahabat diminta untuk menjadi duta Islam untuk membuka kota Madinah, Mushab bin Umair ra. Sahabat Rosulullah ini, dengan pembawaannya yang tenang, dan tutur katanya yang lembut berhasil menghantarkan penduduk kota madinah ke dalam pangkuan Islam. Meskipun sebelumnya sempat menerima ancaman pengusiran sampai pembunuhan dari pembesar kota Madinah. Tetapi langkahnya tidak surut, bahkan Mushab ra berhasil mengIslamkan mereka. Dan inilah yang menjadi kunci pembuka kota madinah saat itu.
Negeri Jepang adalah negeri yang penduduknya bertuhankan kerja. Sebagian besar dari mereka tidak peduli dengan agama apa pun. Banyak dari mereka yang mengaku Budha atau Shinto, tetapi tidak pernah ke kuil. Natal dan perayaan hari besar lainnya pun dilakukan bukan karena berlandaskan agama, tetapi lebih kepada budaya, kebiasaan yang turun temurun atau karena adanya pengaruh budaya Barat sebagai kiblat mereka. Bukan hal mudah memperkenalkan Islam yang hanif ini kepada mereka.
Mungkin saja Allah memang mentakdirkan saya dan teman-teman yang lain datang ke Jepang ini untuk menjadi duta Islam. Memperkenalkan sedikit demi sedikit Islam yang hanif ini sehingga mengurangi keterasingan mereka terhadap Islam.
Mungkin saat ini mereka hanya mengenal jilbab sebagai pakaian orang Islam. Mereka hanya tahu ada konsep halal haram dalam Islam. Tetapi mudah-mudahan dengan interaksi yang terus menerus dengan orang Islam menimbulkan rasa ingin tahu yang lebih dalam lagi tentang Islam. Kemudian bisa menerima Islam. Sampai suatu saat dengan suka rela menjadi pemeluknya. Semoga.
Awal April 2007
Http://hifizahn. Multiply. Com
Terjemahan:
nihonjin: orang jepang jidoukan: gedung tempat kegiatan anak-anak, biasanya untuk bermain anak.
Moushi yokatta tsukatte kudasai: kalau berkenan silahkan digunakan Waza-waza: secara khusus hanif: lurus
Monday, April 2, 2007
Duta Islam
Posted by Ikhwan Supriyana at 10:07 AM
Labels: Renungan Iman
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
2 comments:
Semoga Allah memberkati kalian... aminnnnnnn
aa ikhwan... informasi...
mohon untuk mengganti anangku.googlepages.com/anangku.blogspot.com-bloggercalendar.js
menjadi
anangku.blogspot.com.googlepages.com/anangku.blogspot.com-bloggercalendar.js
ok? biar kalendernya bisa jalan terus...
thanks for your attention..
Post a Comment